Boeing 737 MAX-8 Bermasalah Sebelum Lion Air JT 610 Jatuh

Minggu, 25 November 2018 | 13:54 WIB
Boeing 737 MAX-8 Bermasalah Sebelum Lion Air JT 610 Jatuh
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 melaksanakan prosesi doa bersama dan tabur bunga di titik perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).[Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah pilot Boeing telah menemukan masalah ketika melakukan uji terbang Boeing 737 MAX-8 sebelum pesawat jenis sama yang dioperasikan Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Mereka menemukan masalah yang membuat pesawat sulit untuk ditangani ketika kecepatannya turun ke titik yang memicu bahaya kegagalan aerodinamis, dan hilangnya kontrol yang bisa menyebabkan kecelakaan.

Laporan Aviation Week yang dikutip banyak media itu mengungkapkan bahwa untuk mengurangi masalah tersebut, Boeing memperkenalkan sistem baru untuk kontrol penerbangan, sebuah sistem yang disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), yang menjadi pusat penyelidikan kecelakaan Lion Air JT 610 yang jatuh di Laut Jawa, dan menewaskan semua 189 orang di dalamnya.

Seorang pilot, yang berpengalaman 200 jam terbang dengan MAX-8 dan sekarang dalam pelayanan dengan maskapai penerbangan di seluruh dunia, mengatakan bahwa mereka tidak menyadari bahwa MCAS telah dipasang dan tidak pernah diinstruksikan tentang cara menggunakannya.

Baca Juga: Tangis Kakek dan Nenek Sambut Jasad Balita Korban Lion Air Jatuh

Demikian juga yang terjadi dengan pilot Lion Air. Oleh karena itu, mereka juga tidak menyadari alasan mengapa Boeing memutuskan untuk menambahkan sistem MCAS. Masalah-masalah yang terungkap dalam penerbangan uji muncul dari adopsi mesin baru untuk seri MAX 737, yakni lebih besar, lebih berat dan lebih kuat daripada model jet sebelumnya.

Menempatkan mesin baru ini ke sayap 737 membuat insinyur Boeing melawan beberapa masalah unik dan menantang yang disebabkan oleh usia desain dasar jet, yang berasal dari pertengahan 1960-an.

737 lebih rendah dibanding jet Boeing lainnya. Hal ini karena para perancangnya menginginkan bagasi dan kargo untuk dimuat tanpa bantuan mekanik, karena pesawat itu dimaksudkan untuk membawa layanan jet untuk pertama kalinya ke banyak bandara kecil yang tidak dilengkapi fasilitas mekanik kargo.

Inovasi ini dengan cepat menjadi sia-sia karena bandara menjadi lebih lengkap dan lebih vital lagi, 737 menjadi jet lorong-tunggal terlaris dalam sejarah Boeing.

Namun, ground clearance 737 lebih pendek, hanya 17 inci, menjadi bermasalah karena mesin jet yang lebih besar. Ini bisa dimentahkan karena 737 pesawat baru dan perlengkapan pendaratan panjang normal.

Baca Juga: Jasad Hakim Korban Lion Air Jatuh Dimakamkan Tengah Malam

Meskipun Boeing memperkenalkan sayap baru, permukaan ekor dan banyak peningkatan lainnya, pesawat dan landing gear tetap tidak berubah selama beberapa dekade.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI