Suara.com - Calon Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan banyak pihak yang memanas-manasi selama sebelum dan saat masa kampanye Pilpres 2019. Jokowi menyebut pihak tersebut sebagai kompor.
Setelah mendapatkan gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara, di Griya Agung, Palembang, Minggu (25/11/2018), Jokowi mengatakan masyarakat jangan mau mudah diprovokasi. Terutama terkena hoaks dan isu-isu negatif yang menimbulka pemecah-belah persatuan bangsa.
"Saya kadang-kadang geleng-geleng ini satu kampung, satu RT atau RW, tidak saling menyapa gara-gara pilihan bupati, gubernur, atau presiden. Ada majelis taklim, gara-gara pilihan presiden tidak saling menyapa," kata Jokowi.
"Kita ini saudara, sebangsa, dan se-Tanah Air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor, karena dipanas-panasi, dikompor-kompori jadi panas semuanya," lanjut Jokowi.
Baca Juga: Jokowi Soal Isu PKI: Cara Politik Tak Beradab, Harus Dihentikan!
Jokowi menilai pemilihan kepala daerah atau pun presiden perlu disikapi dengan jalan demokratis. Bebas memilih, namun tetap mengurangi gesekan sekecil apapun.
Jokowi kembali mengingat, Indonesia adalah negara besar dengan 714 suku dengan bahasa daerahnya juga berbeda-beda. Sementara bahasa daerah ada lebih dari 1.100 yang juga berbeda di berbagai wilayah.
"Saya belajar di sini nanti pergi ke Jawa Barat, lupa lagi. Dari Jawa Barat pergi ke Sumut lupa lagi. Saya sering ingat misalnya seperti di Jawa Barat, setelah salam 'sampurasun'. Kemudian di Sumut ada 'horas', tapi saya pernah tiga kali keliru," katanya.
"Sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi garis, bahwa kita ini bermacam-macam, berbeda-beda, dan berwarna-warni. Tapi kalau kita bisa menyatukan, ini akan menjadi aset terbesar, energi besar, bagi bangsa ini maju ke depan," lanjut Jokowi. (Antara)
Baca Juga: Kampanye di Sumsel, Jokowi - Iriana Diangkat Jadi Raja dan Ratu