Suara.com - Calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menilai gerakan Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) tidak memiliki tujuan yang jelas dan menjadi sebuah gerakan politik.
"Masalah (Ahok) sudah selesai tapi oleh kelompok tertentu dihidupkan lagi PA 212, tidak jelas tujuannya. Begitu juga dibentuk GNPF Ulama, ulamanya mana, fatwanya mana. Ini jadi gerakan politik, kita waspadai," kata KH Ma'ruf Amin dalam acara Dzikir Kebangsaan dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jakarta, Sabtu (24/11/2018) malam.
KH Ma'ruf Amin menekankan dirinya ikut terlibat dalam gerakan 212 untuk mengawal kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), lantaran melakukan penodaan agama.
Dalam perjalanannya kemudian, kata Ma'ruf Amin dibentuk Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), yang di dalamnya ada pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab dan ustadz Bachtiar Nasir.
Baca Juga: Dua Wakil Indonesia ke Final, Hasil Semifinal Syed Modi 2018
"Kemudian digerakkan 411 dan 212, tujuannya supaya Ahok dihukum, Alhamdulillah selesai. GNPF MUI saya bubarkan," ujar dia, dilansir dari Antara.
Namun, lanjut KH Ma'ruf Amin, setelah kasus Ahok selesai, gerakan lain muncul dengan nama PA 212 dan GNPF Ulama tanpa tujuan yang jelas dan menjadi gerakan politik.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan calon. Nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.