Suara.com - Nurhayati termangu di tangga rumah adat Batak kampungnya, saat semburat matahari berpendar tanda hari mulai senja, Rabu (14/11). Ia terdiam, menunggu kedatangan jenazah putra tercinta, menantu, serta kedua cucunya yang tewas di bantai.
Ia adalah ibunda dari Diperum Nainggolan alias Gaban Nainggolan. Diperum tewas dibunuh bersama sang istri, Maya Ambarita, serta kedua anak mereka Sarah dan Arya Nainggolan di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11/2018) dini hari.
Jenazah Diperum, istri dan kedua anaknya memang diterbangkan dari Bekasi untuk dimakamkan di kampung jalanan, Hariara Tolu Desa Parsaoran Satu, Pengururan, Samosir, Sumatera Utara.
”Dia sudah lima tahun terakhir tidak pulang kampung ke Samosir. Kini mereka pasti pulang (meski sudah berada di dalam peti mati),” tutur Nurhayati.
Baca Juga: Simeone Siap Teken Kontrak Baru, Oblak Bersiap-siap Angkat Kaki
Ia mengenang Diperum sebagai anak yang mudah bergaul serta baik kepada semua orang. Walaupun lama tak pulang kampung, ia tahu, Diperum tetap menjalin hubungan dengan kerabat di Samosir melalui sambungan telepon.
Sebagai orang perantauan, kata Nurhayati, putranya tak pernah mengeluhkan apa pun meski dirundung masalah.
Menurutnya, itu tak lepas dari peran menantunya, Maya serta kedua cucunya yang saling bahu membahu sebagai keluarga kecil di perantauan.
”Anakku adalah contoh lelaki serta suami baik. Keluarganya contoh baik bagi orang-orang yang berumah tangga,” terangnya.
Setelah sempat melakoni banyak pekerjaan, Nurhayati mengetahui Diperum diserahkan sang kakak—Douglas Nainggolan—untuk mengurusi 29 petak indekos di Bekasi.
Baca Juga: Kapten Timnas Indonesia Ungkap Soal Taktik Lawan Thailand
Selang sehari, Kamis (15/11) pagi, jenazah Diperum dan keluarganya baru sampai di hadapan Nurhayati.