Said Didu: Genderuwo Paling Berbahaya adalah Cukong Penguasa

Kamis, 15 November 2018 | 06:06 WIB
Said Didu: Genderuwo Paling Berbahaya adalah Cukong Penguasa
Said Didu dalam diskusi 'Rabu Biru' di Prabowo-Sandiaga Media Center, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Rabu (14/11/2018). (Suara.com/Ria Rizki)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) era Menteri Sudirman Said, Said Didu menyebut ada genderuwo ekonomi yang bergentayangan di tiga sektor perekonomian Indonesia. Tiga sektor itu ialah sektor sumber daya alam, sektor anggaran dan sektor hukum atau kebijakan penegakan hukum.

Said Didu menjelaskan, banyak oknum-oknum yang memanfaatkan jabatannya untuk bermain nakal di tiga sektor tersebut. Kebanyakan dari mereka bermain dengan cara melobi agar bisa mengatur kebijakan dalam sektor tersebut.

“Saya pikir sektor anggaran jelas semua, penganggaran, APBN, APBD itu ada di situ. Yang kedua adalah sektor minyak, migas itu ada, yang ketiga adalah sektor penegakan hukum, mafia-mafia hukum genderuwo juga,” kata Didu dalam diskusi 'Rabu Biru' di Prabowo-Sandiaga Media Center, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Rabu (14/11/2018).

Akan tetapi menurutnya, genderuwo itu kalah canggih dengan genderuwo yang sudah menyatu dengan kekuasaan. Didu menyebut genderuwo canggih itu sebagai cukong kekuasaan.

Baca Juga: Janji Ketemu Malam Hari, Kelakuan Anak SMK di Bekasi Bikin Miris

“Genderuwo yang paling berbahaya di negara ini adalah kalau genderuwo menyatu dengan kekuasaan itu paling bahaya karena tidak bisa dibuktikan. Genderuwo canggih ini yang bahaya karena dia selalu jadi cukong kekuasaan,” ujarnya.

Didu mencontohkan, genderuwo canggih itu bermain di perencanaan pembangunan. Bukan hanya sekedar korupsi semisal dalam pembangunan jalan tol, genderuwo canggih bahkan sudah mendesain bagaimana caranya mendapatkan keuntungan tanpa dicurigai.

“Politisinya itu, biasanya bodohnya itu korupsi di pembangunan jalan tol. Yang pinter itu dia cari tahu dulu jalan tol lewat mana dulu baru dia beli tanah, baru dia atur kebijakan,” tuturnya.

Menurut Didu, apabila genderuwo-genderuwo ekonomi itu terus dibiarkan, maka tidak akan ada perubahan untuk perekonomian Indonesia.

Berbicara soal memberantas genderuwo ekonomi, Didu lebih memilih cara mengancam secara halus. Menurutnya hal tersebut lebih efektif ketimbang menghukumnya.

Baca Juga: Berbekal Boneka Beruang, Polisi Buru Pembunuh Keluarga Gaban

“Iya (diancam secara halus). Diberikan pilihan dia, pilihan mau berbisnis baik atau mau berhenti, mumpung lagi berkuasa gitu kan. Kalau lagi nggak berkuasa kan tinggal berkoar-koar saja,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI