Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Lingkungan Internasional

Selasa, 13 November 2018 | 08:23 WIB
Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Lingkungan Internasional
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, saat membuka konferensi 14th Asia Pacific Roundtable on Sustainable Consumption and Production (APRSCP), di Balai Kartini, Jakarta, Senin (12/11/2018). (Dok: KHLK)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia kembali mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah konferensi internasional mengenai lingkungan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dipercaya menjadi penyelenggara kegiatan ini. Konferensi ini akan dihadiri lebih dari 328 delegasi dari negara-negara, antara lain Kamboja, Sri Lanka, Bhutan, India, Laos, Pakistan, Australia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Mereka berkumpul pada 12-14 November 2018 untuk membahas aksi nyata konsumsi dan produksi berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production/SCP) untuk kawasan Regional Asia Pasifik.

“Kita harus saling mengingatkan bahwa salah satu prasyarat pembangunan berkelanjutan adalah mengubah pola produksi dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, saat membuka konferensi 14th Asia Pacific Roundtable on Sustainable Consumption and Production (APRSCP), di Balai Kartini, Jakarta, Senin (12/11/2018).

Indonesia sebenarnya sudah memiliki banyak inisiatif terkait SCP, bahkan sejak masa Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim. Hal ini, menurut Siti sebagai bentuk dinamika masyarakat yang sangat berharga.

Baca Juga: KLHK Dorong Kerjasama Lingkungan Berkelanjutan di Asia Pasifik

''Sehingga perlu secara sistematis dikoridorisasi untuk pencapaian SDG 12 SCP dan 17 tujuan SDGs. Saat ini, Indonesia sedang menjadi President of Board of trustees (Ketua Dewan Pengawas), setelah ini ke Filipina," katanya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, saat membuka konferensi 14th Asia Pacific Roundtable on Sustainable Consumption and Production (APRSCP), di Balai Kartini, Jakarta, Senin (12/11/2018). (Dok: KHLK)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, saat membuka konferensi 14th Asia Pacific Roundtable on Sustainable Consumption and Production (APRSCP), di Balai Kartini, Jakarta, Senin (12/11/2018). (Dok: KHLK)

Salah satu tantangan lingkungan global saat ini adalah masalah konsumsi sampah plastik. Isu ini sebelumnya juga telah dibahas dalam beberapa pertemuan internasional lain, seperti COP UNFCC Perubahan Iklim, Forum High Level Meeting on Sustainable Tropical Peatland Management, dan IGR-4 perlindungan lingkungan laut, dari aktivitas berbasis lahan yang beberapa waktu lalu sukses digelar di Bali.

Sebagai tindak lanjutnya, menurut Menteri Siti, diperlukan kolaborasi semua stakeholder dalam bentuk aksi konkrit, seperti perubahan gaya hidup dan kebijakan ramah lingkungan yang menyentuh pada tingkat tapak.

''Untuk itu pemerintah Indonesia melalui koordinasi KLHK telah mengarahkan perubahan perilaku di pemerintahan melalui kebijakan eco-office, pengadaan barang, dan jasa ramah lingkungan," ujarnya.

Saat ini, Pustanlinghut dan Biro Hukum KLHK tengah dalam proses penyempurnaan draft Peraturan Menteri LHK mengenai Tata Cara Penerapan Label Lingkungan untuk Pengadaan Barang dan Jasa Ramah Lingkungan. Ini merupakan tindak lanjut dari amanat PP No. 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup.

Baca Juga: KLHK Ingin Wujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas

Selain itu, perubahan perilaku di pihak bisnis dilaksanakan melalui pelaksanaan teknik Resource Efficient and Cleaner Production, penerapan sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan standar kriteria Ecolabel, penerapan teknologi ramah lingkungan dan pemanfaatan instrumen kajian daur hidup (Life Cycle Assesment/LCA), yang semuanya telah menjadi komponen kriteria penilaian PROPER terbaru di Ditjen PPKL KLHK.

Perubahan perilaku di masyarakat secara kolaboratif juga didorong melalui instrumen standar pelayanan masyarakat di fasilitas publik (SPMFP), dan Peraturan Menteri LHK No. 90 Tahun 2016.

''SPMFP juga disiapkan untuk dimanfaatkan sebagai salah satu kriteria baru untuk penilaian Adipura di Ditjen PSLB3 KLHK," ujar Menteri Siti.

Pada konferensi APRSCP ke 14 ini, selain sesi pleno dan roundtable, KLHK akan menampilkan inisiatif dari para pemangku kepentingan yang telah menunjukkan kinerja sebagai agen perubahan baik di pemerintahan, bisnis maupun di masyarakat melalui acara talk show pada mini stage di area pameran.

''Indonesia, saat ini telah bergerak maju dalam hal implementasi SCP, karena sejalan dengan komitmen pembangunan berkelanjutan (SDGs)," tegasnya.

Sedangkan untuk implementasinya dilakukan dengan berbagai pendekatan berkelanjutan yang aplikatif di masyarakat (best practice).

Inisiatif tersebut secara integratif telah membahas masalah penggunaan air, penggunaan energi, penggunaan bahan kimia, penggunaan plastik, pengelolaan limbah, daur ulang, dll, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

''Kami melihat hal ini sebagai peluang yang menjanjikan dan memberikan optimisme untuk mempercepat penerapan SCP, jika dilakukan dengan benar bersama-sama para pemangku kepentingan," tegas Siti.

Indonesia akan mengembangkan platform kerja sama Indonesia SCP Resource Pool untuk membangun kapasitas dalam implementasi SCP. Inisiatif ini akan dibagikan dalam forum pemerintah dan pemangku kepentingan yang relevan di tingkat regional dan internasional, bekerja sama dengan UN ESCAP, APRSCP, dan mitra lainnya.

Tema utama dari APRSCP ke-14 adalah "Agenda perubahan", yaitu perubahan pemerintah (yang mengutamakan kebijakan SCP), bisnis, dan masyarakat melalui inovasi, pengalaman, serta implementasi nyata di lapangan untuk berkontribusi terhadap pencapaian SDGs.

Penyelenggaraan Konferensi APRSCP ke-14 didukung oleh mitra internasional, diantaranya European Union, UN ESCAP, UN Environment, UNIDO, IGES dan mitra lainnya. Sementara mitra dalam negeri diantaranya KADIN, APINDO, IBCSD, dll untuk dukungan dan kerja sama berkelanjutan mereka dalam memajukan pelaksanaan SCP di Indonesia dan wilayah Asia Pasifik.

Konferensi APRSCP ke-14 diselenggarakan bersama dengan pelaksanaan The 2nd Indonesia Resource Efficiency Forum and Expo. Kolaborasi kegiatan ini disamping untuk efisiensi sumber daya dan biaya, juga dapat meningkatkan manfaat dialog, jaringan dan upaya kolektif dalam memajukan penerapan SCP di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI