Selama ini, yang disebut sebagai beras premium adalah beras dengan spesifikasi 5 persen broken, sedangkan di pasar sekarang, yang disebut premium adalah 15 persen broken, dan jumlahnya sangat banyak dibandingkan beras medium.
"Kalau saya melihat, ini lebih baik. Jadi masyarakat mau beras yang lebih baik, nggak mau lagi beras medium," ujarnya.
Saat ini, ketersediaan beras premium di PIBC mencapai lebih dari 80 persen, sedangkan beras medium di bawah 15 persen.
Bulog Siap Kawal Pasar
Dirut Bulog, Budi Waseso (Buwas), menyatakan, Bulog siap memenuhi permintaan PIBC untuk menambah stok beras medium demi mengendalikan harga. Sampai Kamis (8/11/2018), Buwas melaporkan, stok beras di Bulog mencapai 2,7 juta ton.
Baca Juga: Kementan: Ekspor Berkontribusi Positif pada Pertumbuhan Ekonomi
"Stok kita sangat banyak, dan kita operasi pasar setiap hari. Saya berharap malah tiap hari bisa serap 15 ribu ton untuk stabilisasi harga. Ternyata memang serapannya kecil. Kita cek di lapangan, hari ini stok beras begitu banyak," katanya.
Buwas menambahkan, program perubahan pola tanam Kementan membuat musim panen menjadi lebih cepat, sehingga lebih menjamin ketersediaan beras.
"Panen mulai Januari-Februari sudah mulai ada. Ini saya sampaikan supaya masyarakat tak takut, tak usah ragu, tak usah khawatir, kalau beras kurang," tegasnya.
Satgas Pangan Awasi Spesifikasi Beras
Mengenai anomali harga beras medium yang naik saat pasokan beras mencukupi, Ketua Satgas Pangan Pusat, Irjen Setyo Wasisto, menyebutkan, ada yang merubah spesifikasi (beras) dari medium menjadi premium.
"Ini menjadi tugas saya sebagai satgas pangan untuk melakukan pengawasan. Kita akan lakukan cek di lapangan dan melakukan uji laboratorium juga atas kualitas beras yang ada di lapangan," ujarnya.
Baca Juga: Kementan Manfaatkan Varietas Lokal Demi Lumbung Pangan Dunia 2045
Ini penting dilakukan agar amasyarakat membeli beras sesuai dengan kriterianya, baik medium maupun premium, sehingga tidak dirugikan.