Suara.com - Burung besi milik Lion Air terjatuh ke perairan Karawang, Jawa Barat, Senin awal pekan ini. Baru 7 awak pesawat yang berhasil teridentifikasi. Sisanya, masih dinyatakan hilang, bersama sejumlah mimpi yang tak kesampaian.
Seperti Hizkia Joory Saroinsong, korban Lion Air JT 610 yang berhasil teridentifikasi. Ia meninggal dunia tampa sempat berhasil meraih gelar sarjana.
Paul Ferdinand Ayorbaba jatuh bersama pesawat Lion Air, tanpa pernah bisa merayakan hari ulang tahun ke-15 pernikahannya.
Ada pula Luthfi, yang hingga akhir hanyatnya tak bisa melihat bagaimana rupa putra ataupun putrinya.
Deryl Fida Febrianto, justru harus pergi untuk selama-lamanya setelah baru 2 pekan merasakan nikmatnya berumah tangga. Ia meninggal, saat kali pertama mendapat pekerjaan.
Sementara Shella, yang menaiki Lion Air JT 610 untuk mengabarkan rencana pernikahannya kepada sanak famili, tak pernah sampai ke pelaminan.
Tanpa tahu, mereka berlepasan dengan keluarga, berlepasan dengan cinta, berlepasan dengan cita-cita.
Ayah Pergi Sebelum Aku Lahir
Muhammad Luthfi Nurramdhani ingin cepat-cepat sampai ke Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, pada Senin awal pekan ini.
Dulu, yang disebut "rumah" bagi Lutfhi adalah kediaman orang tuanya di Jalan Kusuma Timur Raya C1, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur.
Tapi sejak lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan bekerja sebagai pegawai PT Pos Indonesia, Pangkal Pinang adalah rumahnya.
Apalagi, di kota itulah itu benar-benar melabuhkan hatinya kepada seorang gadis bernama Karlina, yang setahun lalu ia persunting sebagai istri.
"Dia pekan lalu ke Jakarta untuk hendak ikut tes masuk BI (Bank Indonesia)," kata Sasa, kakak ipar Lutfhi.
Sama seperti kalau Luthfi melakoni perjalanan dinas, Lion Air adalah maskapai pilihannya. Senin pagi itu, Luthfi juga memakai jasa Lion Air untuk sampai ke Pangkal Pinang.
Luthfi pergi ke Bandara Soekarno - Hatta diantar ibunya. Namun, Luthfi yang ingin cepat-cepat pulang ternyata tak pernah sampai.
"Dia ingin cepat pulang. Karlina, istrinya, mengandung anak mereka yang pertama. Sudah 7 bulan. Awal tahun depan rencananya mereka dapat momongan," kata Sasa.
Berhenti di 14
“Tahun depan kita bikin acara makan malam bareng keluarga. Bunda yang pilih restorannya ya,” tutur Paul Ferdinand Ayorbaba kepada istri tercintanya, Inchy Ayorbaba, pada suatu waktu.
Inchy benar-benar masih mengingat permintaan lelaki yang mengisi hatinya sejak 14 tahun terakhir itu meminta dirinya mencari restoran untuk merayakan ulang tahun ke-15 pernikahan mereka, pada April 2019.
“Itu keinginan bapak,” tutur Inchy. Namun, semua yang terjadi pada Senin (29/10) awal pekan ini benar-benar membuat impian Inchy bersama sang suami hancur.
Waktu masih menunjukkan pukul 06.30 WIB. Masih terlalu pagi untuk Inchy bergegas pada Senin pagi di pekan penghujung bulan Oktober ini.
Ia sempat membuka mata dari tidur, saat Paul mengirimkan pesan berisi video dirinya tengah menelusuri lorong menuju pesawat Lion Air JT 610.
”Tak biasanya dia mengirim video seperti itu,” kata Inchy.
Dalam video itu, Paul merekam aktivitas penumpang pesawat Lion Air JT 610 saat berjalan memasuki kabin.
Video tersebut sempat dikirimkan Paul Ferdinand Ayorbaba kepada sang istri, Inchy Ayorbaba, melalui aplikasi WhatsApp.
“Aku melihat kiriman video itu pukul 6.30 WIB. Setelahnya aku pergi tidur lagi,” kata Inchy.
Selang 3 menit setelah ia melihat video tersebut, jauh di udara, pesawat itu hilang dari medan radar dan ditemukan terjatuh di laut.
Inchy sendiri baru mengetahui tragedi itu sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, ia menyaksikan siaran langsung di stasiun televisi mengenai burung besi milik Lion Air terjatuh ke laut.
Ia lantas memeriksa kembali video yang dikirimkan Paul. Di dalamnya, Paul sempat merekam boarding pass dan tiket pesawatnya.
Inchy sempat berganti-gantian melihat video kiriman Paul di ponsel dan layar televisi.
Ia tak percaya atas apa yang dilihatnya dalam video WA itu: Lion Air, JT 610, Aryobaba, Paul Ferdinand, Jakarta - Pangkal Pinang, seet 24B.
Skripsi yang Tak Pernah Usai
“Jorry terlalu keasyikan bekerja sebagai magang, sehingga skripsinya terbengkalai. Beberapa waktu kebelakang, akhirnya di tersadar dan ingin menyelesaikan skripsi, tapi inilah takdirnya,” tutur Franky yang tengah bersedih setelah bagian jasad sang kemenakan diserahkan kepada pihak keluarga.
Franky bersetia menemani peti mati berisi Jorry di Rumah Duka Cini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/11).
Ia bersaksi, Jorry adalah anak baik serta pintar, sehingga dulu bisa diterima masuk berkuliah di Universitas Indonesia—salah satu kampus bergengsi di Indonesia.
Pada masa pembelajarannya, Jorry juga melakukan kerja magang sebagai salah satu syarat kelulusan. Namun, aktivitas magang itu justru membuat Jorry lupa terhadap perkuliahan.
“Dia sudah 5 tahun berkuliah, karena keasyikan magang, jadi lupa bikin skripsi. Waktu itu saya bilang kepadanya, ‘Jorry, ini sudah waktunya bikin skripsi’. Tapi, kecelakaan itu mengakhiri segalanya,” tuturnya.
“Inilah takdir Jorry. Kita manusia, tak bisa melawan takdir.”
Gaji Pertama untuk Putri
Deryl Fida Febrianto tampil meyakinkan saat memasuki badan burung besi bernomor punggung JT 610 milik perusahaan Singa Merah tersebut, Senin 29 Oktober pagi.
Setelah duduk di kursi penumpang, Deryl masih sempat mengaktifkan ponselnya. Ia menghubungi sang istri yang berada di Surabaya, Jawa Timur.
Luthfiayani Eka Putri, perempuan berusia 23 tahun, adalah sosok yang baru dinikahi Deryl dua pekan lalu, Senin 15 Oktober.
Deryl lantas mengirimkan pesan singkat agar Putri mengetahui dirinya sudah berada di dalam pesawat. Ia juga mengirimkan fotonya yang memakai masker, tengah duduk manis di bangku penumpang.
Setelahnya, Putri tak lagi mendapat pesan dari Deryl. Lion Air JT 610 yang membawa suaminya ke Pangkal Pinang untuk mencari nafkah sudah lepas landas.
“Ini kali pertama Deryl berangkat kerja, dan kali pertama Deryl mendapat pekerjaan. Senin hari ini (kemarin), seharusnya ia sudah bertugas di kapal kargo yang sedang bersandar di Pangkal Pinang,” tutur Didik Setiawan, orang tua Deryl.
Shella Tak Pernah Sampai ke Pelaminan
Shella menaiki pesawat Lion Air JT 610 pada Senin pagi, bersama calon suaminya. Mereka hendak ke Pangkal Pinang, Babel, untuk menemui keluarga di sana dan memberikan kabar baik pernikahan.
Selain bersama kekasihnya, perempuan yang tinggal di Taman Grisenda Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara itu, juga menaiki pesawat tersebut bersama calon mertua dan teman calon mertuanya.
"Shella (pergi) sama calon suaminya, calon mertua dan temen calon mertuanya. Ya, berempat dari sini (dari rumah)," sepupu Shella yang hanya mau disebut sebagai T.
T menuturkan Shella ke Pangkal Pinang untuk melakukan silaturahim kepada keluarga lainnya, sekaligus untuk memberi kabar pernikahannya.
"Shella mau ketemu famili, mengabarkan dia mau married," kata dia.
Namun, bersama penumpang lain, Shella tak pernah sampai ke Pangkal Pinang.
Shella, tak pernah sampai di pelaminan.