Asep menjelaskan, pengolahan sampah tersebut masih memanfaatkan sistem penumpukkan konvensional. Kedepannya akan manfaatkan teknologi tumpukkan sampah atau ‘sanitary landfill’ yang saat ini masih dalam tahapan lelang.
"Kalau sistem sanitary landfill dan geomembran sudah berjalan, umur TPST Bantargebang diproyeksikan bisa panjang," ujarnya.
Selama ini, pihaknya masih mengantisipasi adanya lonjakan sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang. Sebab, musim hujan menjadi momen paling besar penambahan volume tersebut.
"Karena genangan air menyeret sampah yang ada di aliran sungai. Sampah itu bisa berasal darimana saja," ucapnya.
Baca Juga: Wajah Warga Boyolai Disoal, Prabowo: Saya Bingung Mau Bicara Apa
Sementara Anggota Komisi 1 DPRD Kota Bekasi Ariyanto Hendrata mengatakan, pengelolaan sampah di TPST Bantargebang belum menerapkan teknologi pengolahan yang canggih dan ramah lingkungan.
Padahal, kata dia, dengan menyandang nama ‘Pengolahan Terpadu’ TPST Bantargebang harusnya bukan sekadar tempat pembuangan akhir semata.
"Penerapan teknologi bagian dari perjanjian, tapi tidak terealisasi," katanya.
Kontributor : Mochamad Yacub Ardiansyah
Baca Juga: Mata Kurang Awas Usia 20-an, Anak Milenial Wajib Tahu Mencegah