Suara.com - Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid, menyatakan turut belasungkawa atas meninggalnya Pekerja Migran Indonesia (PMI), Tuti Tursilawati (33), asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Tuti dieksekusi mati oleh pengadilan di Arab Saudi, Senin (29/10/2018).
Dalam video call dengan Iti Sarniti, ibu kandung Tuti, Selasa (30/10/2018), Nusron menyampaikan dukacita sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Nusron mengatakan, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan atas kejadian ini.
"Yang sabar semua, sudah takdir Allah. Semoga Tuti diampuni dosanya dan diterima amal ibadahnya. Keluarga yang ditinggalkan ditingkatkan derajatnya, diangkat martabatnya, dan dikasih kesabaran. Mohon maaf, saya tidak bisa datang langsung," ujar Nusron ketika itu.
Ia menyampaikan kepada Iti, agar tidak lupa memperhatikan pendidikan anak almarhumah yang kini berusia 12 tahun, dan sedang duduk di bangku SLTP. Nusron berpesan, agar anak tersebut jangan putus sekolah.
Mewakili Kepala BNP2TKI, Direktur Mediasi dan Advokasi BNP2TKI, Yana Anusasana, memberikan bantuan langsung kepada ibu kandung almarhumah. BNP2TKI menyerahkan bantuan sebesar Rp 20 juta, yang langsung diterima Iti, dengan disaksikan langsung oleh keluarga almarhumah dan kepala desa.
Pemberian bantuan dilakukan di kediaman Tuti, di Desa Cikeusik, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
"Semoga almarhumah diterima Allah SWT. Kami sangat berdukacita dan prihatin. Untuk keluarga besar yang ditinggalkan, agar sabar. Ini sebagai bentuk perhatian kami kepada Tuti Tursilawati. Kami dari BNP2TKI sudah melakukan upaya yang maksimal, Kementerian Luar Negeri juga sudah bekerja keras," ujar Yana, sambil menyampaikan salam dari Kepala BNP2TKI kepada keluarga Tuti.
Iti menyatakan sangat sedih atas kepergian anak sulungnya itu.
"Saya ikhlas atas meninggalnya Tuti. Terimakasih kepada Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI, yang telah memfasilitasi dan membantu dalam memperjuangkan anak saya, walaupun akhirnya seperti ini," ujarnya, sambil mengucurkan air matanya.
Iti ingin agar jenazah Tuti bisa dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan di kampung halamanya di Majalengka. Ia juga menyampaikan, kegiatan Tuti selama menjalani tahanan dalam kesehariannya adalah mengaji.
Iti mengatakan, Tuti memiliki seorang putra berumur 12 tahun, yang kini tinggal dengan bapaknya. Ia menyatakan akan tetap memberikan kasih sayang kepada putra almarhumah dan tetap membantu pendidikannya.
"Saya sudah tiga kali bertemu almarhumah di Arab Saudi, dan terakhir pada April 2018. Hari Minggu kemarin, almarhumah sempat komunikasi lewat video call dan menyampaikan dalam keadaan sehat," jelasnya.
Kepala Desa Cikeusik, Kecamatan Sukahaji, Jaenudin, menyampaikan, atas nama keluarga mengucapkan terima kasih kepada BNP2TKI yang telah memberikan bantuan. Ia berharap, bantuan ini bermanfaat untuk keluarga.
Baca Juga: Putuskan Jalur Ilegal, BNP2TKI Menyusun Data PMI di Luar Negeri
"Saya juga mohon bantuan pemerintah untuk memberi perhatian khusus terkait pendidikan anak almarhumah," ujarnya.
Tuti Tursilawati adalah anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Ali Warjuki dan Iti Sarniti. Pada 5 September 2009, Tuti berangkat bekerja ke Arab Saudi sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT).
Ia berangkat melalui PPTKIS Arunda Bayu dan bekerja di Thaif Arab Saudi, pada majikan, Naif Al Oteibi.
Kasus Tuti mencuat sekitar 2010. Ia divonis mati oleh pengadilan di Arab Saudi pada Juni 2011, dengan tuduhan membunuh majikan.
Pembunuhan tersebut tidak disengaja, karena dia berupaya membela diri dari upaya pemerkosaan majikannya. Tuti juga kerap mendapatkan pelecehan seksual dari majikannya.