Suara.com - Pengamat Politik Boni Hargens menilai, aksi pembakaran bendera berkalimat tauhid oleh Banser NU di Garut, Jawa Barat, Minggu (21/10) akhir pekan lalu, merupakan skenario organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Boni mengendus ada upaya HTI yang ingin membangun negara khilafah, dengan mengkambinghitamkan Nahdlatul Ulama (NU).
Ia menjelaskan, jejak HTI seusai dibubarkan pemerintah dapat jelas terlihat. Menurutnya, HTI bergerak melalui jalur politik. Selain itu, mereka mencoba untuk menjatuhkan NU yang memiliki kekuatan Islam besar di Indonesia.
"Jangan biarkan mereka menguasai upaya pembentukan opini, persepsi yang fatal, buruk, negatif seakan-akan Nahdlatul Ulama sedang melakukan penistaan. Itu kan yang mau mereka bangun," kata Boni dalam diskusi yang bertajuk “Hoax & HTI Masih Bergentayangan” di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/10/2018).
Baca Juga: Dituduh Anti Islam, Djarot: Wakil Jokowi itu Ulama, Pikir Sendiri
Selain ingin menggoyang superioritas NU, menurut Boni, strategi HTI untuk membangun khilafah di Indonesia juga ditempuh melalui pemilu. Nantinya, mereka akan mengirim perwakilan-perwakilannya hingga lolos masuk ke dalam parlemen.
"Nanti kalau kandidat mereka menang, mereka akan merongrong sampai konstitusi itu diamandemen dan khilafah itu didirikan, otomatis," ujarnya.
Oleh karenanya, Boni mengingatkan publik aksi pembakaran bendera tauhid oleh Banser NU di Garut bukanlah persoalan agama.
"Kita tidak sedang bermasalah dengan agama, tidak ada masalah dengan Islam, tidak ada satu pun cacat dengan Islam. Yang bermasalah adalah kelompok garis keras, Hizbut Tahrir. Maka kita semua harus bersatu dan memerangi secara bersama," pungkasnya.
Baca Juga: Isak Tangis saat Jenazah 4 Keluarga Ong Masuk ke Oven Kremasi