Suara.com - Boni Hargens, pengamat politik, menilai bendera yang dibakar Banser Nahdlatul Ulama di Garut, Jawa Barat, Minggu (21/10) akhir pekan lalu, adalah simbol organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia, bukan bendera tauhid.
Ia menuturkan, penilaiannya itu bukan tanpa dasar. Boni menyebutkan, persoalan bendera itu tertera dalam buku terbitan HTI.
”Itu bendera HTI. Jangan sebut itu bendera tauhid,” tegasnya kepada Covesia—jaringan Suara.com, Jumat (26/10/2018).
Ia menjelaskan, ciri-ciri bendera itu tertuang dalam buku yang berjudul Ajhizatu ad-Daulah al-Khilafah yang diterbitkan HTI Press.
Baca Juga: Bikin Baper, Manisnya Kado Adipati Dolken untuk Vanesha Prescilla
"Baca buku Ajhizah-Struktur negara Khilafah. Judul aslinya Ajhizatu Ad-Daulah Al-Khilafah. Terbit tahun 2006, edisi terjemahan terbit 2008. Oleh penerbit HTI Press. Tentang bendera dan panji di halaman 285,” jelas Boni.
Menurut Boni, dalam buku tersebut sudah jelas bahwa bendera berwarna hitam merupakan bendera perang HTI.
"Jelas kok yang hitam itu bendera Perang HTI. Yang warna putih bendera untuk pemerintahan khilafah,” terangnya.