Suara.com - Wisatawan milenial memiliki potensi besar untuk digali dan Kementerian Pariwisata menyadari hal itu.
Melalui Focus Group Discussion (FGD), Kemenpar menyiapkan strategi untuk menjaring wisatawan milenial. FGD kali ini mengambil tema "Strategi Pemasaran yang Efektif untuk Merebut Pasar Millennial Tourism", di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (24/10/2018).
“Digital dan milennial menjadi program strategis pertama Kemenpar, karena sangat erat kaitannya. Kenapa pariwisata bisa tumbuh besar, karena digital. Yang membuat kita berbeda dengan yang lain, adalah kita menggunakan digital. Lifestyle saat ini sudah berubah dan milennial adalah masa depan," tutur Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Berdasarkan survei Everbrite-Harris Poll 2014, generasi milenial lebih memilih menghabiskan uang untuk mendapatkan experience. Buat mereka, hal itu lebih penting dibandingkan material goods.
Baca Juga: Kemenpar Minta Media Sebarkan Optimisme Pariwisata Indonesia
Peluang inilah yang tak mau disia-siakan Kemenpar.
“Milenial sangat digital. Saya sering menyebut ‘The more digital the more personal’. Dalam dunia digital, apapun yang akan kita lakukan, sudah kita ketahui. Saya mengelompokan mereka menjadi beberapa bagian. Pertama, milenial yang memiliki needs dan behavior, khususnya karena mereka sangat tergantung pada teknologi dan sosial media,” katanya.
Milenial juga segmen yang penting, karena size dan influencing power-nya. Dengan kata lain "Big and Loud".
Menpar menilai perlu pengembangan strategi marketing, khususnya sebagai inisiatif untuk mengkapitalisasi potensi masa depan industri pariwisata.
“Who win the future, wins the game,” katanya.
Baca Juga: Kemenpar Gelar APWI 2018, Berhadiah Total Rp 300 Juta
Sementara Founder & Chairman MarkPlus, Hermawan Kartajaya, mengatakan, pasar milenial, atau Gen Y, adalah populasi terbesar di kawasan regional, sehingga menjadi target pasar mayoritas brand.
“Dengan dorongan teknologi, millennials menjadi generasi yang kreatif, aktif, dan inovatif. Mereka mengenyam pendidikan lebih baik dari pendahulunya, sehingga millennials mampu menyerap informasi dengan baik dan aktif di media sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, millennials sangat percaya terhadap influencers dibandingkan endorsers. Instagram menjadi salah satu channel yang paling mereka gemari.
Kemampuan brand untuk mengemas produk mereka secara Instagramable pun menjadi kewajiban untuk memikat millennials.
“They loves to buy instagramable item. Bahkan saat makan saja, mereka harus mengambil gambar yang Instagramable lebih dahulu untuk diunggah ke Instagram,” katanya.
Sedangkan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Rizki Handayani, mengatakan, pada 2019, lebih dari 50 persen pasar wisata Indonesia sudah didominasi milenial.
“Wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama,” katanya.
Pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun, yang mencapai 57 persen. Di Cina, generasi milenial akan mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta orang.
Menurutnya, di era digital ini, kaum milenial adalah pemeran utama dalam menggunakan teknologi. Mereka membuat cara-cara lama tidak dipakai lagi.
Rizki mengatakan, banyak negara mulai menyasar pasar milenial Indonesia, seperti Korea dan Jepang.
”Saya berharap, di 2019 Indonesia tidak kecolongan dalam mengantisipasi potensi wisatawan milenial,” katanya.
at regional di Sumatera dan Kalimantan serta tingkat Nasional di Jakarta.