Herman Subagio, yang merupakan peneliti Balittra menyatakan, sistem polder dikembangkan dan disempurnakan sehingga bisa diterapkan dengan baik. Ia menambahkan, jika yang dikembangkan pada polder Alabio mencapai 6 ribu ha, maka pada sistem polder mini ini hanya 100-300 ha saja.
Sistem polder mini memiliki tiga jurus pengelolaan air yang diaplikasikan, yaitu (1) adanya tanggul keliling yang kokoh; (2) adanya jaringan tata air berupa adanya saluran masuk, saluran keluar, dan saluran pembagi, dan (3) tersedianya pompa besar baik pada pintu masuk maupun pintu keluar, untuk sekaligus mengatur tinggi muka air dengan memompa air masuk apabila kekurangan air, dan memompa air keluar dari dalam apabila kelebihan air.
"Penyempurnaan dan optimalisasi sistem polder di lahan rawa telah dikembangkan, yang pada prinsipnya menerapkan apa yang disebut handil, tabat atau tanggul, dan aliran satu arah," jelas Herman.
Tiga jurus pengelolaan air diimplimentasikan pada sistem polder mini Jejangkit Muara, yang unit pengembangannya seluas 240 ha, dengan dibangunnya tanggul keliling, saluran sekunder dan tersier masuk dan keluar, dan tersedianya pompa, yaitu pompa masuk dan pompa keluar.
Baca Juga: Kementan Lepas Ekspor Perdana Nanas dan Pisang ke Singapura
Dengan dibangunnya polder mini ini, diharapkan indeks pertanaman dapat ditingkatkan dari IP 100 menjadi IP 180 dan/atau IP 200, ditingkatkan hasil panen karena meningkatnya efisiensi pencucian zat-zat beracun (leaching) dan meningkatkan pH tanah dan ketersediaan hara tanaman.
Peningkatan-peningkatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil padi juga.
"Melalui sistem polder mini, hasil pertanaman padi varietas Inpara 2,3, 8 dan 9 menunjukkan pertumbuhan yang optimal, tampak menguning dengan bulir-bulirnya yang panjang dan berisi," kata Herman lagi.