Cara Prajurit TNI Pulihkan Trauma Gempa Anak-anak di Pengungsian

Rabu, 24 Oktober 2018 | 13:34 WIB
Cara Prajurit TNI Pulihkan Trauma Gempa Anak-anak di Pengungsian
Anak-anak korban gempa palu mengikuti lomba mewarnai gambar di pengungsian. (Foto: Puspen TNI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prajurit TNI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) penanggulangan bencana gempa bumi, tsunami terus berupaya memulihkan trauma para korban bencana gempa Palu terutama para anak-anak.

Kali ini, prajurit TNI menggelar lomba mewarnai gambar tingkat anak-anak di camp pengungsian di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (24/10/2018). Lomba bagi anak-anak PAUD ini bertujuan untuk menghilangkan trauma atas kejadian bencana yang mereka alami.

Lomba mewarnai gambar ini diikuti sebanyak 200 orang anak-anak usia dini dari PAUD di wilayah Palu Utara yang didampingi guru pengawas sebanyak 20 orang.

"Kegiatan ini diselenggarakan agar anak-anak merasa senang karena bisa bermain dengan teman-teman sebayanya. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan trauma healing untuk anak-anak supaya tidak merasa takut lagi untuk pergi belajar dan tidak merasa trauma dengan kejadian bencana alam yang telah mereka alami," kata Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman dalam keterangan tertulis.

Baca Juga: Potongan Tubuh Khashoggi Ditemukan di Sumur Rumah Konjen Saudi

Menurut dia, kegiatan ini sangat bagus untuk melatih kemandirian, kerja sama anak-anak dengan teman-temannya.

"Ini penting untuk pembinaan anak usia dini," ujar dia.

Sebelumnya, psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla mengatakan, gempa dan tsunami yang melanda kota Palu berisiko mengalami trauma psikologis. Ada beberapa gejala trauma psikologis yang bisa terlihat, sehingga korban bisa mendapat rujukan untuk perawatan.

"Gejala trauma psikologis biasanya muncul selama lebih dari satu bulan semenjak terjadinya bencana alam terjadi," ujar Veronica kepada Suara.com, baru-baru ini.

Dijelaskan Veronica, gejala trauma psikologis yang paling mudah terlihat adalah perubahan suasana dan mood korban. Korban bisa saja teringat kembali kejadian saat terjadinya gempa dan tsunami secara terus menerus dan terjadi di keseharian tanpa pemicu.

Baca Juga: GP Ansor: Bendera yang Dibakar Bukan Berlafaz Tauhid

Pada anak kecil, gejala trauma psikologis ini dapat muncul ketika sedang bermain. Salah satu contohnya adalah memunculkan tema cerita atau simbol-simbol terkait gempa dan tsunami yang mereka alami.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI