"Saya hanya menyerukan reformasi rezim."
Dia menggambarkan Pangeran Mohammed sebagai "seorang pemimpin suku kuno" yang tidak mau berhubungan dengan orang miskin Saudi.
"Kadang-kadang saya merasa bahwa ... dia ingin menikmati buah modernitas negara dunia pertama, memunyai pusat industri teknologi tinggi, bioskop, segalanya. Tapi pada saat bersamaan, dia ingin juga memerintah seperti bagaimana kakeknya memerintah Arab Saudi," kata Khashoggi kepada Newsweek.
"Dia masih tidak melihat orang-orang. Ketika dia melihat orang-orang, saat itulah reformasi yang sebenarnya akan dimulai."
Baca Juga: Emery: Kami Harus Bersabar Soal Koscielny
Khashoggi juga mengkritik kurangnya "penasihat yang tepat" bagi Pangeran Muhammad.
"Dia menggerakkan Arab Saudi menurut pemahannya saja.”
Khashoggi mencontohkan dua ajudan pangeran—kepala olahraga Turki al-Sheikh dan penasihat media yang diberhentikan sejak lama Saud al-Qahtani—sebagai sosok preman.
"Orang-orang takut pada mereka. Anda menantang mereka, Anda mungkin berakhir di penjara, dan itu telah terjadi," katanya.
Khashoggi terakhir terlihat pada 2 Oktober, saat memasuki konsulat negaranya di Istanbul.
Baca Juga: Neymar Dikabarkan Akan Kembali ke Barcelona, Ini Kata Valverde
Kehilangannya kekinian masih diselimuti misteri. Sebab, para pejabat Turki menuduh Arab Saudi melakukan pembunuhan yang disponsori negara dan memutilasi tubuhnya.