Kedua, ada story telling yang diceritakan ke audience. Teknik berceritanya pun asyik. Tak kalah dengan barista di film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) II.
Barista yang hadir sangat fasih bercerita, mulai dari asal kopi, petani, para petani mengolahnya, hingga akhirnya dinikmati para enthusiast coffee. Ada proses memilih simbol, kata serta kalimat per kalimat yang tepat. Ending-nya muncul pesan komunikasi yang kuat.
Ketiga, ada rasa dan aroma yang sangat oke. Arabika, kopi berwarna hitam, dan tidak begitu pekat, yang punya tekstur halus, semua ada. Bila diracik dengan dengan air panas, langsung tercium bau khas kopi yang harum dan tidak berbau keras.
"Setiap pameran, kami memang mayoritas selalu mempersiapkan stan kopi, karena ini selalu menjadi unggulan di booth pameran kami," katanya.
Baca Juga: Kemenpar: NTB Bangkit Jadi Misi Wonderful Indonesia ke Singapura
Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, yang juga diamini Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I, Kemenpar Masruroh.
Masruroh, menambahkan, ITB Asia 2018 selalu menjadi tujuan utama dari para buyers yang datang ke pameran tersebut.
“Kopi punya massa yang loyal dan segmensial. Tidak saling memakan, karena sajian lokasi dan tentu kopinya masing-masing memiliki citra unik. Jadi yang ingin tahu atau sekedar mencicipi, silakan datang ke booth kopi Indonesia,"Kata Iyung ramah.
Semua yang ditampilkan tak ubahnya seperti pameran yang kerap digelar Kementerian Pariwisata di luar negeri. Kemenpar selalu mengedepankan kopi di setiap pameran.
"Kopi harus dijadikan sebagai produk kreatif, digabungkan dengan pariwisata. Harus juga bisa menjadi pintu masuk wisatawan untuk masuk ke negara kita, sehingga bangsa ini bisa memenangkan persaingan sebagai penghasil kopi nomer satu di dunia, terus menjadi nomer satu," kata menteri yang memimpin kementerian nomor 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryofTourism2018 se-Asia Pasifik itu.
Baca Juga: Baru Lahir, GenWI Singapura Siap Dukung Hot Deals Kemenpar