Bertapa di Gunung Sejak 2017, Ponco Ngaku Disuruh Ratu Kidul

Rencananya dia ingin menggenapkan hari bertapa hingga 90 hari, yakni Selasa, 16 Oktober pekan ini.
Bahkan, salat tetap dia lakukan tanpa berwudu dan hanya tayamum menggunakan debu. Kamar tidur Ponco adalah selembar tikar yang dia letakkan di samping batu nisan Rogo Runting. Di samping tikar, tumpukan baju tampak berantakan tak dilipat.
“Ini akan dicuci setelah saya turun,” ucap Ponco.
Tidak ada listrik, televisi, radio, maupun alat komunikasi. Ponco hanya membawa beberapa buku yang akan dia baca untuk mengusir rasa bosan. Selain membaca, aktivitasnya hanya terbatas pada berdoa dan tidur.
Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, Ponco mengandalkan warga di sekitar desa. Biasanya warga akan membawakan makan dengan bungkus plastik atau daun agar tak perlu repot mencuci.
Baca Juga: Dari Sate Pak Kempleng Hingga KRB Cafe, Ini 5 Wisata Kuliner Hits di Boyolali
Ditanya soal alasan bertapa, Ponco mengaku kepercayaannya itu berangkat dari sejarah kerajaan Demak.
Kakek itu menuturkan Demak berdiri pada 1513 Masehi, lewat beberapa tokoh Kerajaan Majapahit yang memutuskan memeluk Islam.
Kala itu raja pertama Demak, Raden Patah, meminta sang ayah, Prabu Brawijaya untuk memeluk Islam. Namun Prabu Brawijaya menolak.
Penolakan Brawijaya memeluk Islam membuat rambutnya harus digunting oleh Sunan Kalijaga. Namun, Sunan Kalijaga gagal menggunting rambut tersebut.
Sunan Kalijaga kemudian membaca pertanda bahwa 500 tahun setelah berdirinya Kerajaan Demak moral umat Islam akan rusak.
Baca Juga: New Zealand Van Java Juga Punya Waterboom! Ini 4 Kolam Renang di Boyolali yang Wajib Dikunjungi
Bagi Ponco, perkataan Sunan Kalijaga itu terbukti benar karena pada 2013, 500 tahun setelah Kerajaan Demak berdiri, Menteri Agama Suryadharma Ali terbukti melakukan korupsi dana haji.