Kesal Anaknya Dimarahi, Matheos Aniaya Guru Perempuan di Kupang

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 19 Oktober 2018 | 07:32 WIB
Kesal Anaknya Dimarahi, Matheos Aniaya Guru Perempuan di Kupang
Ilustrasi Lastini (50) seorang guru di SDN 31 Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, mengalami luka setelah dianiaya orang tua murid pada Kamis (1/3), sekitar pukul 15.45 WIB. [Facebook]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan guru SMA Negeri IV Penfui, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendatangi Kantor Polsek Kelapa Lima untuk melaporkan kasus pemukulan yang dilakukan oleh seorang orang tua murid Matheos Tuflasa kepada guru bahasa Inggris bernama Makrina Bikan di sekolah tempatnya mengajar.

Kepala Sekolah SMA Negeri IV Kupang Agustinus Bire Logo kepada wartawan saat ditemui di Polsek Kelapa Lima, Kota Kupang, Kamis (18/10/2018) mengatakan, kedatangan mereka ke kantor polsek itu karena salah satu staf gurunya ditendang oleh pelaku.

"Jadi salah satu staf guru saya ditendang di perutnya karena dinilai melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya. Padahal sebenarnya adalah hanya menegur," ujar Agustinus seperti dilansir Antara.

Ia menceritakan, kejadian bermula ketika Meidel Tuflasa (17) anak dari pelaku menabrak Makrina, dan langsung pergi begitu saja tanpa meminta maaf. Korban kemudian mengejar anak itu dan menanyakan alasan kenapa tidak meminta maaf. Namun anak itu malah bersikap acuh.

Baca Juga: Hits di Zamannya, Begini Kabar 9 Pemain Mohabbatein Sekarang

Bukannya meminta maaf, Meidel malah kemudian mengeluarkan kata makian kepada ibu gurunya. Merasa kecewa, Makrina kemudian memarahinya anak muridnya itu.

Karena kecewa dimarahi, siswa tersebut kemudian menelepon orang tuanya. Kemudian tak begitu lama datang pelaku dan langsung menyerobot masuk ke dalam kelas serta menendang perut korban.

Melihat kejadian itu, para pelajar SMA langsung menyerbu pelaku. Namun berhasil diselamatkan guru-guru lain dan dibawa masuk ke ruangan kepala sekolah.

Menurut Agustinus, perbuatan itu seharusnya tidak perlu terjadi di sekolah, karena sekolah adalah tempat belajar, dan kawasan sekolah adalah kawasan yang jauh dari hal-hal yang bersifat kekerasan.

Ia mengatakan nasib salah satu anak didiknya itu belum bisa ditentukan saat ini, karena masih dilakukan rapat bersama.

Baca Juga: Sah! Force India Umumkan Satu Driver, Inilah Line-up F1 2019

"Mungkin besok baru kami tentukan nasib anak ini. Dikeluarkan dari sekolah atau dipindahkan," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI