Gempa di Rumah Sunan Wirokromo dan Wirobroto, Pulau Sapudi

Kamis, 18 Oktober 2018 | 08:28 WIB
Gempa di Rumah Sunan Wirokromo dan Wirobroto, Pulau Sapudi
Achmad Ali di Pulau Sapudi. (Suara.com/Achmad Ali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Informasinya, dalam satu minggu hanya terjadwal dua kali. Penyeberangan pertama hari Kamis dan selanjutnya hari Senin. Informasi itu segera saya sampaikan ke Korlip. Namun Korlip masih berharap saya tetap bisa berangkat ke Pulau Sapudi dengan harapan tidak ketinggalan moment bencana itu.

Hari Jumat (12/10/2018) pagi, saya mendapatkan informasi dari kawan media elektronik bahwa hari Sabtu (13/10/2018) pagi sekitar pukul 08.00 WIB akan ada pengiriman bantuan dari BPBD ke Pulau Sapudi. Informasi itu kembali saya sampaikan ke Korlip. Dan akhirnya saya pun memutuskan berangkat pada Jumat malam menuju Sumenep Madura.

Anak Junaidi hanya bisa mertapi kondisi rumahnya yang hancur. [Suara.com/Achmad Ali]
Anak Junaidi hanya bisa mertapi kondisi rumahnya yang hancur. [Suara.com/Achmad Ali]

Pukul 20.00, saya diantarkan ojek online ke terminal Bungurasih, Surabaya. Sesampainya disana, saya bergegas mencari bus jurusan Sumenep pada pemberangkatan terakhir.

Beruntung, bus yang saya tumpangi masih banyak tempat duduk yang kosong sehingga saya bisa leluasa memilih tempat duduk yang posisinya nyaman, dekat jendela kaca. Maklum, perjalan ke Sumenep dari Surabaya harus ditempuh selama kurang lebih empat jam

Baca Juga: Kisah Nenek Sunati, Tertimbun Reruntuhan Gempa Pulau Sapudi

Setelah menunggu penumpang penuh, jam tangan saya menunjukkan pukul 22.00 WIB, bus patas yang saya tumpangi pun berangkat.

Istri dan Anak Junaidi. [Suara.com/Achmad Ali]
Istri dan Anak Junaidi. [Suara.com/Achmad Ali]

Dalam perjalanan, saya susah untuk memejamkan mata. Saya terus membayangkan seperti apa kondisi di Pulau Sapudi. Seperti apa kondisi korban dan seperti apa kesedihan yang dirasakan.

Bus Mogok

Separuh perjalanan lamunan saya buyar. Bus yang saya tumpangi tiba-tiba berheti di tengah jalan alias mogok. Bunyi klakson mobil dibelakang bus yang saya tumpangi mulai bersahutan.

Beruntung tiga menit kemudiaan mesin bus kembali bisa dinyalakan. Perjalan pun kembali dilanjutkan. Namun nasib naas kembali menimpa saya. Lagi-lagi, bus mogok. Memang hanya beberapa menit mati mesin, namun kejadian itu berulang-ulang hingga tujuh kali selama perjalanan.

Baca Juga: Korban Gempa Sapudi Sehari Makan 2 Kali Pakai Sayur Daun Pepaya

Akibatnya, perjalanan ke Sumenep molor hingga dua jam. Seharusnya hitungan saya, sampai di Suemenep sekitar pukul 02.00 WIB. Karena kendala bus, akhirnya sampai di Sumenep pukul 04.00 WIB.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI