Kisah Nenek Sunati, Tertimbun Reruntuhan Gempa Pulau Sapudi

Senin, 15 Oktober 2018 | 18:44 WIB
Kisah Nenek Sunati, Tertimbun Reruntuhan Gempa Pulau Sapudi
Korban gempa Pulau Sapudi, Sunati (60). (Suara.com/Achmad Ali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sunati (60), mengerang kesakitan ketika dipijat seorang dukun pijat di samping rumahnya yang hancur rata dengan tanah usai diterjang gempa Pulau Sapudi bermagnitudo 6,3 skala richter. Dia mengeluh pinggangnya sakit dan sekujur tubuhnya terasa nyeri.

Kantung matanya masih membiru. Luka-luka kecil terlihat di kaki dan tangannya. Begitu juga dengan suaminya, Buasa (70). Namun nasib Buasa lebih beruntung daripada istrinya. Buasa hanya mengalami luka di tangan dan kaki kirinya.

Luka yang diderita pasangan suami-istri ini didapat ketika gempa terjadi pada hari Kamis (11/10/2018) dini hari yang mengguncang Jawa dan Bali.

Diceritakan Sunati, malam itu di rumah yang dihuni tiga orang yang terletak di Dusun Jambusok, Desa Prambanan, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, mereka sudah dalam kondisi tertidur pulas.

Baca Juga: TNI - Polri Bersihkan Fasilitas Umum dan Kampus Usai Gempa Palu

Adiya (60), saudara Sunati, kebetulan tidur di teras depan rumah. Sedangkan Sunati dan Buasa tidur berdua di dalam kamar.

Saat gempa akan datang, Adiya sempat mendengarkan suara gemuruh. Adiya yang ketakutan segera menjauh dari rumah dan meneriaki Sunati dan Buasa.

Namun teriakan itu tak mampu membangunkan pasangan kakek-nenek itu dari tidur pulasnya. Hanya hitungan menit setelah suara teriakan Adiya, gempa menerjang rumah hingga hancur rata dengan tanah.

"Adiya saat itu memanggil-manggil saya. Tapi saya tak ngeding (mendengar) teriakan itu karena sedang tidur," kata Sunati, yang ditemui Suara.com di samping rumahnya, Minggu (14/10/2018).

Sunati dan Buasa tertimpa reruntuhan tembok dan atap rumah. Mereka tidak bisa bergerak. Sunati yang kesakitan berusaha meminta tolong dengan berteriak meski suaranya tidak bisa keras.

Baca Juga: Empat Fakta Seputar Gempa Megathrust

Adiya yang selamat bingung melihat Sunati dan Buasa tertimbun reruntuhan material bangunan. Dia hanya bisa menangis dan tak bisa meminta tolong pada orang lain. Karena waktu itu, semua warga sedang dalam kondisi yang sama.

"Saya bingung malam itu. Lampu padam dan tidak bisa melihat siapa-siapa. Suara Sunati minta tolong terdengar, tetapi saya tidak berani menolong. Mau minta tolong orang lain juga tidak ada," kata Adiya.

Tertimbun Selama Satu Jam

Dalam kondisi tertimbun, Sunati tak putus asa untuk berteriak minta tolong, namun bantuan tak kunjung datang. Sunati mencoba menyingkirkan batu dan kayu yang ada di tubuhnya, namun tak kuat.

Satu jam kemudian, ketika kondisi Sunati makin melemas, bantuan akhirnya datang. Kayu dan batu mulai disingkirkan dari tubuh Sunati dan suaminya.

"Akhirnya saya ditolong orang setelah satu jam tertimbun. Saya dibawa keluar untuk dijauhkan dari reruntuhan itu," cerita Sunati.

Setelah pagi menjelang, Sunati dan suaminya dilarikan ke Puskesmas Gayam untuk mendapatkan perawatan.

"Saya dibawa ke Puskesmas Gayam dan diinfus," terangnya.

Hingga saat ini, Sunati masih trauma akan kejadian yang menimpanya. Dan dia berharap, pemerintah segera membangun kembali rumahnya. "Sampai saat ini saya tidak punya rumah. Kalau tidur ya di luar. Saya harap pemerintah segera membangun kembali rumah saya," harap Sunati.

Kontributor : Achmad Ali

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI