Fakta dan Makna Sedekah Laut Bantul yang Diteror Massa Bercadar

Senin, 15 Oktober 2018 | 12:05 WIB
Fakta dan Makna Sedekah Laut Bantul yang Diteror Massa Bercadar
Sejumlah nelayan telah menaikkan gunungan untuk kemudian dilarung di Pantai Baron, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gununungkidul, Senin (8/10/2018). (Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ritual sedekah laut di Pantai Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta diserang massa bercadar karena dianggap sesat. Sedianya sedekah laut itu digelar Sabtu (13/10/2018) pagi, tapi batal digelar.

Sejumlah properti acara dirusak oleh gerombolan bercadar, Jumat (12/10/2018) tengah malam. Acara sedekah laut yang sudah berlangsung tiap tahun itu akhirnya hanya menggelar acara pentas keseniannya, tanpa acara pelarungan sesaji ke laut.

Guru besar ilmu sejarah dan kebudayaan Islan dari UIN Sunan Kalijaga, Profesor Amin Abdullah, mengatakan perusakan properti sedekah laut di Pantai Baru adalah bentuk intoleransi dan main hakim sendiri. Menurut dia, sedekah laut di Bantul itu sebagai simbol rasa syukur.

“Sedekah laut itu simbol. Simbol rasa syukur dengan cara berbeda,” kata Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1995-2000 itu dalam dialog Membangun Toleransi dalam Bingkai Kebhinekaan itu.

Baca Juga: Diteror Massa Bercadar, Kraton Tetap Lestarikan Sedekah Laut

Menurut Amin, Islam mengajarkan saling menghormati dan saling memahami.

“Bukan asal mengklaim paling dan asal benar. Persoalan mengenai agama muncul manakala diselipkan permainan politik. Sehingga yang dibutuhkan saat ini adalah toleransi aktif,” ucap dia.

Amin optimistis masalah tersebut bisa diatasi karena daya tahan kultural dan sosial masyarakat DIY dalam menjaga toleransi cukup baik.

“Di era sekarang ini, cara berpikir dalam menyikapi apa pun, termasuk agama, harus fleksibel. Orang harus mengutamakan aspek fleksibelitas untuk tidak saling menghakimi,” ucap dia.

Berita ini kali pertama diterbitkan Harianjogja.com dengan judul "Widya Budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Sedekah Laut Harus Dilestarikan"

Baca Juga: Massa Bercadar Serang Ritual Sedekah Laut, Polisi Periksa 9 Orang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI