Suara.com - Tradisi sedekah laut yang berlangsung di Pantai Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sedianya digelar Sabtu (13/10/2018) batal digelar karena diserang segerombolan orang bercadar.
Sahat M Hasibuan selaku Kapolres Bantul menjelaskan, massa tersebut mendatangi tempat acara sedekah laut dan merusak meja, spanduk serta peralatan ritual.
"Mereka merusak meja dan spanduk beserta alat sedekah laut," ujar Sahat saat dihubungi Suara.com via telepon, Minggu (14/10).
Kekinian, kata Sahat, polisi telah memeriksa 9 orang yang berasal dari kelompok yang melakukan persekusi tersebut.
Baca Juga: AJI: Investigasi IndonesiaLeaks Tak Punya Motif Politik 2019
Kesembilan orang tersebut mengklaim tak ikut melakukan perusakan, sehingga polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus tersebut.
”Dari 9 saksi, 6 di antaranya warga Solo dan Surakarta. Kami belum bisa menetapkan tersangka dan apakah penyerangan itu sudah direncanakan atau tidak, masih diselidiki,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah properti acara sedekah laut dirusak oleh gerombolan bercadar pada Jumat (12/10/2018) tengah malam.
Acara sedekah laut yang sudah berlangsung tiap tahun itu akhirnya hanya menggelar acara pentas keseniannya, tanpa acara pelarungan sesaji ke laut.
Seorang nelayan Pantai Baru, Tuwuh (48), membenarkan perusakan properti sedekah laut tersebut.
Baca Juga: Maradona: Lionel Messi Tak Pantas Jadi Kapten Argentina!
"Baru kali ini acara sedekah laut dibatalkan. Tenda dan panggung kehormatan sudah terpasang tapi tidak ada sedekah lautnya," kata Tuwuh.
Menurut Tuwuh, perusakan terjadi sekitar pukul 23.30 WIB di sekitar pintu masuk Pantai Baru, tepatnya dekat patung ikan hiu dan macan yang menjadi ikon pantai tersebut.
Gerombolan orang sekitar 50 orang datang mengendarai sekitar 20 kendaraan roda empat dan sejumlah kendaraan roda dua.
Mereka langsung merusak gapura tempat acara, meja, dan mengobrak-abrik kursi tamu yang sudah tertata rapi.
"Bilang Allahu Akbar, pakai cadar, nyacah bonggol [mencacah penjor] otomatis bawa senjata tajam," kata Tuwuh.
Setelah melakukan perusakan, pelaku kemudian memasang spanduk bertuliskan, "Kami menolak Semua Kesyirikan Berbalut Budaya Sedekah Laut atau Selainnya".
Tuwuh mengakui menyaksikan langsung kejadian tersebut, namun tidak bisa berbuat banyak karena ketakutan.
Akibat kejadian tersebut, sejumlah agenda termasuk agenda puncak berupa labuhan pun batal digelar. Acara hanya menggelar pentas kesenian reog. Makanan sesajian juga akhirnya dibagikan langsung kepada warga.
Ia tidak tahu acara sedekah laut tersebut dianggap syirik. Sejauh ini, acara tersebut sudah rutin digelar setiap tahun. Dana untuk upacara pisungsung jaladri (sedekah laut) murni hasil swadaya dari masyarakat sekitar yang terkumpul sekitar Rp 50 juta.
"Sudah dipersiapkan 15 hari sebelumnya," ucap Tuwuh.
Kontributor : Abdus Somad