"Kondisi tanaman antar varietas saat ini bervariasi. Ada yang sedang berbunga hingga fase pengisian biji. Performa tanaman sangat bagus, sehingga menjadi daya tarik petani setempat," jelas Rina.
Sementara itu, pemulia di BB Padi, Indrastuti A. Rumanti, mengatakan, sejauh ini, BB Padi bersama dengan peneliti BPTP Balitbangtan Kalsel menyiasati kondisi lahan yang kompleks ini dengan sejumlah modifikasi, yakni dengan penggunaan mikroba (Agrimeth) untuk meningkatkan vigor benih, ameliorant (kapur pertanian) untuk meningkatkan pH tanah, biotara (bahan organik khusus untuk rawa), dan penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 untuk meningkatkan populasi.
Lalu digunakan juga biosilika untuk meningkatkan ketahanan varietas terhadap serangan hama/penyakit, penanaman refugia untuk meningkatkan musuh alami, trap barrier system (TBS), pengomposan dan umpan racun untuk pengendalian tikus, penggunaan insektisida dan fungisida selektif untuk pengendalian hama/penyakit, penerapan tata air mikro menggunakan sistem aliran satu arah untuk mencuci racun mineral, dan pemupukan menggunakan PUTR modified, berupa penambahan kalium yang sangat diperlukan di lahan rawa.
"Beberapa kendala yang terakhir terjadi antara lain, kekeringan dan pH rendah yang berpengaruh pada keluarnya malai. Namun semua itu bisa diatasi dengan meningkatkan kandungan pH air yang dimasukkan ke petak pertanaman," tambah Indras.
Baca Juga: Kementan: Musim Kemarau, Panen Padi Justru Melimpah
Pengelolaan pertanaman yang optimal dan pemberian treatmen modifikasi telah berhasil mengatasi cekaman-cekaman yang terjadi. Saat ini, Inpara 2, Inpari 32, Inpari 40 dan Inpari 42, sudah berumur 90-95 hari HSS (Hari Setelah Semai) dan mulai memasuki fase pengisian, sedangkan Inpara 3, Inpara 8 dan Inpara 9 Agritan masih memasuki fase pembungaan.
Pemeliharaan pertanaman, saat ini terus dilakukan untuk memastikan bahwa denfarm ini aman dari berbagai cekaman yang kompleks dan bisa panen dengan hasil yang memuaskan.