Suara.com - Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Manap, Kota Jambi, diduga menelantarkan empat orang sekeluarga korban gempa serta tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Dugaan penelantaran tersebut terjadi sejak Selasa malam hingga Rabu siang kemarin (9-10/10/2018).
Anak bungsu keluarga itu terpaksa hanya dirawat di Unit Gawat Darurat RSUD Abdul Manap sejak selasa pagi.
Bahkan, Riska (4) anak pasangan Salma dan Aspin yang mengalami masalah perut dan lemas tidak mendapatkan penanganan semestinya di kamar perawatan.
Baca Juga: Soal Larangan Kampanye di Pesantren, Ini Kata Kubu Jokowi
Awalnya, pihak IGD RSUD Abdul Manap mengakui tidak memiliki ruang inap untuk mereka, karena ruangan sedang penuh.
Orang tua Riska yang bernama Salma mengakui, pihak rumah sakit bahkan akan memindahkan mereka ke RSUD Raden Mattaher.
“Mereka bilang anak saya akan dipindahkan ke RSUD Raden Mattaher. Mereka juga menanyakan kartu BPJS saya. Saya bilang bahwa perobatan saya katanya ditanggung Bapak Wali Kota Jambi,” ujar Salma seperti diberitakan Serujambi—jaringan Suara.com, Kamis (11/10).
Belum cukup keterangan Salma, hingga sekitar pukul 12.00 WIB, anak mereka tidak mendapatkan perawatan yang semestinya di ruangan tersebut. Bahkan, tidak disediakan makanan apa pun layaknya pasien rawat inap.
Sekitar pukul 11.30 WIB, setelah dikonfirmasi wartawan ke ruang IGD, pihak rumah sakit terburu-buru menyatakan bahwa ruangan tersedia.
Baca Juga: Rupiah Terus Melemah, Prabowo Sebut Ada Elit yang Berkhianat
Sekitar pukul 12.00 WIB, Riska dibawa ke lantai 3 Ruang Inap Anak Kelas 1 RSUD tersebut.
Saat Serujambi tiba di ruangan itu, Riska menangis dan menyebut dirinya lapar. Menurut sang ibu, sejak pagi anaknya tersebut memang belum makan.
Direktur Pelayanan RSUD Abdul Manap Yulinda Fetri Tura mengatakan, pihaknya tidak menelantarkan pasien yang dimaksud. Sejak semalam sang ibu dirawat di ruang inap Makalam.
“Jadi sejak semalam sang ibu dirawat di Makalam. Sang anak baru mengeluh sakit pagi harinya. Dan dimasukkan ke IGD. Selama di sana, sang anak dirawat dan pihak IGD melakukan observasi. Saat itu ruang inap untuk anak memang sedang penuh. Kami tidak bisa mencampur pasien infeksi dengan yang tidak infeksi,” kata dia.
Dalam waktu bersamaan, kata Yulinda lagi, pihak IGD RSUD menghubungi RSUD Raden Mattaher menanyakan ketersediaan ruang anak.
“Tapi sampai beberapa waktu tidak ada respons. Hingga sampai menjelang tengah hari kemudian, ada ruang kosong karena pasiennya pulang,” kata dia.
Yulinda membantah bahwa pihak RSUD Abdul Manap tidak memberi perhatian kepada keluarga pasien.
Terpisah, Dirut RSUD Abdul Manap Rudi Pardede, juga membantah bahwa RSUD melakukan penelantaran pasien. Menurut dia, ibu dan anak korban gempa itu dirawat sejak semalam di ruang Makalam.
“Kalau dibilang diterlantarkan, kami komplain. Sebab pihak rumah sakit sudah melakukan penanganan terhadap keluarga tersebut,” kata dia.
Kalaupun ada pertanyaan soal BPJS, kata Rudi, mungkin hanya misinformasi dan miskomunikasi.
Keluarga Salma dan Arpin dengan dua anaknya merupakan korban gempa di Palu. Mereka pulang ke Jambi atas bantuan Wali Kota Jambi Syarif Fasha atas informasi seorang tentara Angkatan Laut.
Kedatangan keluarga ini disambut haru oleh pihak keluarga di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, pada Selasa malam 9 Oktober 2018.
Berita ini kali pertama diterbitkan Serujambi.com dengan judul “RS Kota Jambi Diduga Telantarkan Pasien Korban Gempa Palu”