Suara.com - Meskipun masih musim kemarau, sejumlah petani di sejumlah wilayah tetap produktif. Bahkan beberapa daerah telah memasuki masa panen padi.
Berdasarkan laporan petugas Kementerian Pertanian (Kementan) di lapangan, panen padi sedang berlangsung di Jawa Timur, seperti Sragen, Ponorogo, Tuban, Magetan dan Ngawi.
Laporan lapangan tersebut juga menegaskan bahwa justru pada musim inilah masyarakat bisa mencapai mutu dan harga panen terbaik.
"Justru di musim kemarau, serangan hama rendah dan fotosintesis maksimum. Terjadi panen gadu, dimana produktivitas tinggi dan gabahnya berkualitas. Biaya produksi rendah dan harga gabah yang bagus menjadi berkah untuk petani," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Dirjen TP) Kementan, Sumardjo Gatot Irianto, saat dihubungi, Rabu (10/10/2018).
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementan Siap Luncurkan Padi ber-Zink Tinggi
Secara terpisah, Sesditjen Tanaman Pangan, Maman Suherman, di kantornya di Jakarta menyatakan, panen di beberapa daerah tersebut adalah hasil kerja keras petani untuk memenuhi kebutuhan pangan.
"Apa yang kami ungkapkan adalah berdasarkan laporan dan kenyataan di lapangan. Di musim kemarau, petani kita tetap bekerja untuk memenuhi produksi dan pasokan pangan dengan kualitas dan harga yang baik," ujarnya.
Berdasarkan laporan tersebut, Maman mengungkapkan, sekitar 17 ribu ha lahan padi di Kabupaten Ngawi mulai dipanen, termasuk diantaranya di Kecamatan Karangjati, Padas, Pangkur, Bringin, Kawadungan, Ngawi, Paron dan Kedunggalar. Panen tersebut sudah dilakukan dengan menggunakan combine harvester.
Hasil rata-rata mencapai 7,5 ton/ha gabah kering panen (GKP), dengan harga Rp 4.700/kg GKP. Wilayah Ngawi juga akan panen komoditas jagung pada Oktober, pada lahan seluas 2.930 ha.
Sementara itu, di Kabupaten Ponorogo, saat ini sedang panen padi 200 ha, dengan harga Rp 4.700/kg GKP dan provitas 6,6 ton/ha. Untuk periode September–Desember, panen di Ponoroho diperkirakan mencapau luas 11.800 ha.
Baca Juga: Kementan akan Gelar Kontes Ternak Terbesar se-Jatim di Blitar
Bahkan pada November-Desember mendatang, diperkirakan akan menjadi puncak luasan panen padi.
Panen juga sedang dilakukan di Kabupaten Tuban. Oktober ini, luas panen diperkirakan mencapai 7.699 ha, dan sampai Desember, diperkirakan total panen mencapai 14.767 ha, atau setara produksi 86.080 ton.
Tidak hanya padi, di Kabupaten Tuban, total luas panen jagung Oktober-Desember diperkirakan seluas 11.477 ha, atau setara 61.711 ton.
"Sementara itu, Kabupaten Magetan mencatat, panen Oktober seluas 3.926 ha, dan dari Oktober-Desember diperkirakan akan ada panen dari lahan seluas 10.496 ha," ujar Maman.
Produksi Beras Aman, Harga Stabil
Berdasarkan perhitungan Kementan, prediksi luas panen Oktober-Desember 2018 sebanyak 2,85 juta ha, sehingga diperkirakan akan ada produksi 15,09 juta ton GKG, atau setara dengan 8,7 juta ton beras.
"Dengan perkiraan kebutuhan beras dari Oktober hingga Desember, yang mencapai 7,5 juta ton, maka kondisi ini masih cukup aman," tegas Maman.
Ia menambahkan, peningkatan produksi padi 2018 terjadi karena Indonesia mampu memanfaatkan kekeringan sebagai peluang untuk meningkatkan luas tanam dan produktivitas. Sumber pertumbuhan luas tanam tersebut diperoleh dari pemanfaatan lahan rawa, lebak dan pasang surut serta pengembangan padi pogo sawah dan gogo rawa.
"Di musim kemarau, peningkatan produktivitas tanaman terjadi karena radiasi matahari maksimal, sementara serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dimitigasi sehingga resiko kehilangan hasil bisa diminimalisir," ungkap Maman.
Dengan data dan laporan tersebut, Maman menyatakan, isu kenaikan harga perlu dipertanyakan keakuratannya. Terkait harga beras, Maman menekankan bahwa adanya isu kenaikan harga beras tidak bisa dikaitkan dengan produksi yang rendah, karena faktor rantai pasok lebih berpengaruh atas disparitas harga di petani dan di tingkat konsumen.
Laporan data Petugas Informasi Pasar, saat ini, harga rata-rata beras medium Oktober masih lebih rendah daripada harga rata-rata bulanan pada 2018. Harga rata-rata beras medium sampai dengan 5 Oktober adalah Rp 9.131/kg.
Angka ini masih lebih rendah dibanding harga rata-rata bulanan pada 2018, sebesar Rp 9.191/kg. Tidak hanya beras medium, catatan harga beras PIBC pada Oktober untuk beras Cianjur Kepala, IR 64 gradeI dan IR 42, masih lebih rendah dibandingkan harga rata-rata bulanan selama 2018.