Walau Cuaca Dingin, Warga Korsel Antre Demi Menonton Wayang Ajen

Selasa, 09 Oktober 2018 | 09:00 WIB
Walau Cuaca Dingin, Warga Korsel Antre Demi Menonton Wayang Ajen
Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wayang Ajen sukses memikat publik Korea Selatan. Warga Negeri Ginseng sampai dibuat mengantre panjang untuk menyaksikannya.

Interaksi yang dilakukan pun berbalas respons positif. Kehadiran ‘Cepot dkk’ semakin mematenkan status eksotisnya Wonderful Indonesia.

Pesona ditebar Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. Pertunjukan wayang diberikan di hari terakhir,  di Nasional Intangible Heritage Center, Korea Selatan.

Dibuat penasaran, publik Negeri Ginseng ini rela mengantre di bawah guyuran hujan dan cuaca dingin.

Gedung berkapasitas 600 kursi terisi penuh. Besarnya antusias publik mengakibatkan media dan penyelenggara event harus berdiri di lorong belakang. Suasana dingin Kota Jeonju berubah hangat kala pertunjukan dimulai.

Lakonnya familiar, yaitu "The Love Story of Rama & Sinta". Pesan moral yang ingin disampaikan adalah persahabatan menuju perdamaian.

“Antusiasme publik Korea Selatan ini luar biasa. Mereka arus diapresiasi. Publik di sana menyimak alur cerita yang kami bawakan. Responsnya juga luar biasa,” tutur Ki Dalang Wayang Ajen, Wawan Gunawan, Minggu (7/10/2018).

Baca Juga: Keren Banget, Wayang Ajen akan Tampil di Korea Selatan

Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. (Dok: Kemenpar)
Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. (Dok: Kemenpar)

Pertunjukan Wayang Ajen dibuka dengan Tarian Wonderful Indonesia. Tarian enerjik representasi view eksotis Nusantara ini dibawakan Purbasari dan Hani.

Kekaguman publik Korea Selatan berlanjut dengan Tari Topeng Klana Ajen Campakararang. Pengunjung pun semakin terhanyut oleh alunan musik gamelan dengan ritme khasnya.

Tampilan opening semakin meriah, sebab big screen ukuran 12 x 6 m menjadi back ground hidup. Beragam keindahan alam dan budaya ditampilkan di layar ini. Clip-nya selaras dengan gerakan tarian yang disajikan.

Ki Dalang Wawan Gunawan menambahkan, momentum branding terbaik dimiliki oleh pariwisata Indonesia.

Show pembuka ini sudah menampilkan beragam keindahan Indonesia. Ini betul-betul menjadi ajang promosi keragaman budaya dan alam Nusantara. Mereka terlihat kagum dengan beragam budaya yang ditampilkan dalam opening Wayang Ajen,” lanjtnya.

Saat suasana semakin hangat, tokoh Cepot mulai mengambil peran dengan caranya khasnya. Setelah menari Jaipong, Cepot menyapa publik dengan Bahasa Korea Selatan.

‘Areumdaun bamipnida’, sapaan ini disambut tawa dan tepuk tangan riuh. Dengan gaya uniknya, aksi interaktif Cepot semakin membuat publik bergemuruh.

Cepot meneruskan interaktifnya dengan ‘annyong haseyo, mannaseo ban ga wo yo’. Artinya, ‘apa kabar, senang bertemu dengan Anda’.

Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. (Dok: Kemenpar)
Wayang Ajen dalam Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity dan Conference, yang digelar 5-6 Oktober. (Dok: Kemenpar)

Aksi Cepot pun makin menjadi, ‘jeo nun Indonesia eso on Cepot ibnida’. Ucapan ini berarti, ‘perkenalkan nama saya Cepot dari Indonesia’. Cepot melanjutkan, "Hanguk e waso neomu jowayo. Hanguk saram eun chinjeolhago chakhapnida".

Cepot lalu melanjutkan ucapannya, "Jeo neun hanguk eul saranghapnida. Uri neun ije hyongje ipnida". Arti dari komunikasi Cepot ini adalah, "saya bahagia bisa datang ke Korea. Orang Korea sangat baik dan ramah. Saya cita Korea, sebab kita bersaudara".

Baca Juga: Wayang Ajen Buka Festival Pasar Terapung Kalsel

Ki Dalang Wayang Ajen melanjutkan, pertunjukan budaya memiliki efek positif luar biasa.

“Budaya sangat universal. Media komunikasi dan pemersatu antar bangsa. Kami gembira karena publik Korea Selatan antusias dengan budaya Nusantara,” jelas Ki Dalang lagi.

Mendekatkan diri dengan publik Negeri Ginseng, Cepot tetap aktif beriteraksi. Cepot bahkan sempat bertanya, "Indonesia arayo?", yang lalu disambut pengunjung "Nee, neee". Dengan ramah Cepot lalu berkata, "Indonesia ro oseo!" yang berarti "Kami tunggu kalian di Indonesia, terima kasih".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI