Lebih jauh, kalau sirene di Jepang berbunyi, seluruh masyarakat diminta untuk meninggalkan lokasi tersebut. Dan menuju tempat aman.
Bedanya masyarakat di Jepang dan di Indonesia, kata Megawati, adalah kedisiplinan. Di Jepang, warga sudah menyiapkan satu buah tas berisi pakaian, makanan dan obat-obatan.
"Itu setiap orang harus sudah siap isi tas darurat. Isinya dua baju, satu selimut, makanan kira-kira untuk dua hari, ada obat (pribadi dan lain sebagainya) dan itu tidak boleh dipindah-pindahkan," katanya.
Menurutnya, di Jepang ada tiga kali bunyi sirene tanda peringatan akan terjadi bencana. Bunyi sirene pertama diperlukan untuk masyarakat siap-siap meninggalkan tempat tinggal untuk sementara.
Kalau sirene kedua berbunyi, kata Megawati, masyarakat sudah tahu harus menju ke tempat aman. Dan kalau sirine tiga berbunyi sudah tidak ada masyarakat yang berada di lokasi rawan bencana.
"Apa artinya? sambil kita lari atau jalan cepat mungkin menunjukkan, mungkin kalau ada tsunami bisa masuk sampai 1 meter kalau berikutnya dua meter," katanya.
Kemudian, pemerintah Jepang juga sudah menyiapkan tempat khusus kalau terjadi bencana. Di sana sudah siap tenda pengungsian, pakaian, makanan serta minuman.
"Di bukit itu selalu bersih, lalu ada lubang juga, ada seperti gudang yang akan dibuka kalau sudah sirine ketiga (dibunyikan), itu adalah apa? adalah tanda pengungsian," kata Megawati.
Baca Juga: Sungai Lima Warna, Cano Cristales di Kolombia Bikin Takjub