Tak lama, Suzan datang dan mengabarkan hotel kami roboh. Menurutnya, masih ada upaya evakuasi terhadap korban yang terjebak di dalam hotel.
“Saya bingung mau mengabarkan kondisi kepada keluarga dan teman-teman, karena HP saya tertinggal di tas kamera yang terbawa di mobil teman. Jaringan telekomunikasi terputus. Listrikpun mati," katanya.
Di rumah Polda ada yang pakai HP dan kadang masih ada jaringan. Suzan langsung mengirim kabar bahwa kami aman.
Esoknya, kami dengar beberapa orang sudah terdeteksi ada di Bandara, termasuk Nana Sefriano dan temen2 GenPI.
Baca Juga: Festival Pesona Raja Ampat 2018 Jadi Incaran Turis Mancanegara
“Kami diantar mobil pickup pedagang material ke Bandara. Kami bertemu teman-teman dengan linangan air mata. Saat di bandara, kami mendengar akan ada pesawat Hercules yang akan datang. Kita akan mencoba menumpang pesawat itu, walaupun harus membayar,” katanya.
Tak lama, terdengar kabar bahwa para pejabat dan staf Kemenpar juga menuju bandara. Kita diminta berkumpul di dekat gerbang belakang bandara.
Di situ ada Anang Antono, Staf Ahli Menteri Pariwisata, yang rencananya akan menghadiri acara Festival Nomoni beserta beberapa staf Kemenpar.
Kita dijatah 10 orang naik ke Hercules, padahal rombongan kami yang sudah berkumpul 16 orang. Kementerian lain juga mengajukan nama yang lebih banyak.
Akhirnya terjadi sedikit chaos dalam antrean Hercules.
Baca Juga: Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan, 1.500 Penari Sambut Menpar
Keputusan diambil. TNI AU memutuskan meloloskan dulu para ibu, perempuan, dan anak-anak.