Tiba-tiba ember kecil berwarna hitam hanyut tepat disamping mereka. Hajali langsung meraih ember untuk diisi air dan memadamkan api. "Ternyata dalam ember itu ada air bersih," katanya.
Ia tak jadi memadamkan api dengan air itu. Air dalam ember itu dia simpan.
Rumah terbakar yang hanyut itu tak membakar jenazah Rika, melainkan hanya lewat di depannya.
Selama bertahan di atas atap rumah, Hajali bersama anggota keluarganya hanya mengonsumsi air yang didapatinya itu tanpa makanan lainya.
Baca Juga: Diduga Makan Mayat Korban Gempa Sulteng, Warga Takut Konsumi Ikan
Hingga keesokan harinya, sekitar pukul 05,30 Wita, mereka berusaha keluar dari lokasi tersebut mencari tempat lebih aman.
Mereka melewati kubangan air hampir setinggi dada orang dewasa menuju arah utara, dengan kaki terluka.
Hajali terus berjalan sambil menusuk-nusuk tanah yang landai untuk pijakan kaki.
Untuk mencapai tanah kering yang relatif aman dan hanya kurang lebih berjarak 500 meter, Hajali harus melewati lumpur hingga tiga jam lamanya.
Kondisi lingkungan mereka rusak parah.
Baca Juga: Hasil F1 GP Jepang: Lewis Hamilton Tak Terbendung di Suzuka
"Pokoknya semua hancur berantakan. Tanah terbelah, jalan aspal mengerucut setinggi setengah meter, padahal secara logika jarak 500 meter itu tidak lebih lima menit kita berjalan kaki," ucapnya.