Hemat Setetes Air, Tidur Beratapkan Langit Pasca Gempa Palu

Jum'at, 05 Oktober 2018 | 16:50 WIB
Hemat Setetes Air, Tidur Beratapkan Langit Pasca Gempa Palu
Jalan di Kota Palu pasca gempa dan tsunami. (Suara.com/Muhammad Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sabtu (29/9/2018), hari pertama menginjakkan kaki di Kota Palu yang luluh lantak pasca digoyang gempa dan diterjang tsunami, Jumat (28/10/2018). Reporter Suara.com Muhammad Yasir meliput ke Kota Palu dan merasakan di sana serba sulit.

Sulit mencari makan, tidak ada lokasi bermalam untuk tidur, buruknya sinyal ponsel, hingga ketakutan meraskaan gempa susulan.

Siang itu sekitar pukul 14.10 WITA, saya bersama jurnalis lain dari Jakarta, tiba di Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, Sulawesi Tengah bersama romobangn TNI AU dari Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Sekitar pukul 15.20 WITA saya bertolak ke Pantai Talise, titik lokasi yang sangat parah diterjang tsunami Palu.

Suasana setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Palu, Sulawesi Tengah,  Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].
Suasana setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].

Keadaan kota yang masih lumpuh tak ada sinyal, listrik padam, dan sulitnya BBM memaksa kami harus berjalan kaki dari Rumah Dinas Gubernur Sulawesi Tengah menuju Pantai Talise. Jaraknya sekitar 5 kilometer. Di sepanjang jalan kami melihat reruntuhan bangunan dan jalan retak akibat gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR).

Baca Juga: JK Target Pemulihan Pasca Bencana Gempa Sulteng 2 Tahun

Rasa lapar dan dahaga di bawah teriknya panas matahari di Kota Palu membuat kami lemas. Hanya berbekal satu botol air sisa yang di bawa dari Jakarta membuat kami harus ekstra hemat untuk minum. Tidak satu pun warung yang beroperasi pasca gempa dan tsunami.

Sejumlah toko dan gudang yang rusak akibat diterjang gempa dan tsunami berkekuatan 7,4 SR di kawasan Pergudangan Kabupaten Donggala, Sulteng. ANTARA FOTO/Amirullah
Sejumlah toko dan gudang yang rusak akibat diterjang gempa dan tsunami berkekuatan 7,4 SR di kawasan Pergudangan Kabupaten Donggala, Sulteng. ANTARA FOTO/Amirullah

Semua aktivitas kota lumpuh total, layaknya kota mati.

Di tengah perjalanan kami menuju Pantai Talise, sejenak kami terdiam menghentikan langkah kaki kami karna terkejut saat merasakan gempa susulan untuk pertama kali yang kami rasakan di Kota Palu.

Meski tak lama, hanya hitungan detik saja gempa tersebut cukup menimbulkan perasaan takut dalam hati, terlebih mengingat sehari sebelumnya baru saja terjadi gempa dan tsunami.

Kami pun tiba di Pantai Talise sekitar pukul 17.00 WITA. Pertama kali melihat lokasi kejadaian di sana yang terbayangkan ialah seberapa besarnya glombang tsunami sampai memporak-porandakan bangunan di pesisir pantai itu.

Baca Juga: Jakarta Diancam Gempa Merusak, Anies akan Bertemu BMKG

Suasana setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Palu, Sulawesi Tengah,  Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].
Suasana setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].

Pantai Talise sendiri merupakan titik lokasi bencana yang cukup parah menelan banyak korban. Pasalnya saat kejadian tsunami tiba di Pantai Talise sedang diadakan Festival Pesona Palu Namoni (FPNM).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI