Setibanya di Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, kami bertolak ke Polda Sulawesi Tengah dengan menggunakan kendaraan Patroli milik Polisi.
Memasuki Kota Palu, kami merasakan seperti berada di tengah kota mati. Reruntuhan bangunan begitu parah, listrik dan jaringan komunikasi padam. Ketika itu tepat di hari kedua paska bencana gempa dan tsunami, memang belum ada bantuan dari pemerintah.
Di tengah perjalanan menuju Polda Sulawesi Tengah kami mendengar teriakan warga korban yang mengungsi di tenda-tenda darurat mengeluh kelaparan dan kehausan.
"Air, air, air..,teriak para pengungsi dari tenda ditepian jalan saat mobil yang ditumpangi awak media melintas.
Baca Juga: Cerita Mistis Ritual Palu Namoni di Balik Gempa dan Tsunami Palu
Emosional saya dihentak dan digedor. Air mata tak tertahan saat pertama kali melihat ada balita dengan luka cukup berat ditemukan di gorong-gorong. Balita tersebut terpisah dengan orangtuanya.
Di hari itu, saya kerap bertemu dengan sepasang mata dengan tatapan kosong para warga korban bencana gempa dan tsunami. Melihat orangtua renta tak henti menangis mengingatkan pada orangtua dan keluarga di rumah.
KOPI SUARA adalah kisah dan cerita di balik jurnalis kami mereportase berbagai peristiwa di seluruh nusantara dan belahan dunia.