Suara.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi saat ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan pelemahan mata uang ini dirasakan oleh beberapa negara berkembang.
Hal tersebut terlihat dari depresiasi mata uang yang terjadi di negara-negara seperti Turki, Brazil, Afrika Selatan, India dan Filipina yang memiliki kondisi perekonomian sama seperti Indonesia.
"Tingkat pelemahan rupiah sejak akhir Desember 2017 sampai sekarang 9,82 persen, bandingkan dengan Turki 37,7 persen, Brasil 17,6 persen, Afrika Selatan 13,8 persen, dan India 12,4 persen,” kata Perry di Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2018).
Oleh sebab itu, ia menegaskan perlemahan mata uang merupakan fenomena global yang terjadi karena respon pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS serta potensi terjadinya perang dagang.
Baca Juga: Gubernur BI Yakin Rupiah Bakal Sembuh Tahun Depan
Ke depan, Perry mengaku, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
"Kebijakan tetap ditopang oleh strategi intervensi ganda dan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang Rupiah dan pasar swap antarbank," katanya.