Balita 2 Tahun Kehilangan Kedua Orang Tua saat Gempa Palu

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Rabu, 03 Oktober 2018 | 19:48 WIB
Balita 2 Tahun Kehilangan Kedua Orang Tua saat Gempa Palu
Balita berusia 2 tahun bernama Astar berhasil selamat bersama tantenya Rohati (42) dan Rini (7) putri Rohati dari musibah gempa Palu. (Suara.com/ Lirzam wahid)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Balita berusia 2 tahun bernama Astar, nampak belum cukup mengerti tragedi yang baru saja menimpanya dan orang-orang terdekatnya setelah gempa dan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Astar bersama 80 anak-anak dan 31 perempuan dewasa berhasil dievakuasi dari Kota Palu dan saat ini menempati pengungsian di TK Akar Panrita Mamminasata, Jalan Raya Baruga, Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar

Bocah laki-laki itu berhasil selamat bersama tantenya Rohati (42) dan Rini (7) putri Rohati. Sejak bencana gempa dan tsunami yang menghancurkan rumah mereka di Tondo, Kecamatan Manti Kulure, Palu Timur, Astar tak pernah lagi bertemu kedua orang tuanya.

"Saat kejadian Astar sama saya. Karena memang sejak dulu sering dititip sama saya kalau ayah dan ibunya (Abdul dan Yani) kerja sebagai guru," jelas Rohati ditemui di pengungsian. 

Baca Juga: Polda Metro dan Kodam Jaya Kirim Bantuan Senilai Rp 1,5 M ke Palu

Kata Rohati, sejak musibah itu, Astar tak pernah rewel . Hanya saja beberapa hari di pengungsian Kota Palu, kondisi kurangnya makanan dan minuman membuat balita itu terus menangis. 

Setelah tiba di Makassar, mereka dapat sedikit merasakan kondisi yang lebih baik. Di TK Akar Panrita Mamminasata, warga Makassar silih berganti membawa sumbangan berupa pakaian dan makanan. 

Hanya saja hingga hari ini, kedua orang tua Astar belum juga diketahui keberadaan dan kabarnya. Bukam itu saja, suami Rohati juga masih menghilang pascagempa dan tsunami tersebut. 

"Belum ada kabar sampai sekarang. Saya belum tahu kondisi ayah dan ibunya Astar. suami saya juga masih di sana, tapi tidak tahu kondisinya," jelas dia.

Sebanyak 112 pengungsi, dan 81 diantaranya anak-anak sengaja ditempatkan di sekolah tersebut. Berawal saat salah satu korban meminta tempat penampungan kepada Fitriana Basira, kepala sekolah TK Akar Panrita Mamminasata. 

Baca Juga: Tompi Siap Jadi Saksi Ahli Kasus Oplas Ratna Sarumpaet

Kebetulan perempuan berhijab itu juga merupakan kelahiran Kota Palu. Awalnya pengungsi akan ditampung dikediamannya, namun tak disangka jumlah mereka membludak. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI