Suara.com - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang atau Oso mendorong agar tsunami dan gempa yang melanda Poso dan Donggala ditetapkan sebagai bencana nasional. Sebab bencana ini menelan ratusan korban jiwa dan infrastruktur publik hancur.
Oleh karena itu diperlukan penanganan yang ekstra dari Pemerintah. Selain itu, ia juga mendorong Pemerintah untuk menaikkan anggaran negara untuk bencana.
“Ya saya mendorong itu sebagai bencana nasional. Jangan dilihat dari sayanya, tapi dilihat secara teknis apakah itu sudah (masuk bencana nasional), jadi menurut saya sih iya. Karena ini sudah lebih dari 100-an orang yang meninggal,” ujar Oso saat ditemui di Gedung DPD, jakarta, Senin (1/10/2018).
Memasuki hari ketiga pasca gempa Palu berkekuatan 7,4 skala richter dan tsunami yang menerjang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sebanyak 844 orang menjadi korban jiwa atas insiden itu.
Baca Juga: JK Tak Heran Ribuan Napi Kabur Saat Gempa Palu dan Donggala
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dari hasil pendataan di lapangan hingga Senin (1/10/2018) pukul 13.00 WIB ada sebanyak 844 orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia terbanyak berasal dari Kota Palu.
Penyebab kematian ratusan orang itu diakibatkan tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa. Tak sedikit pula para korban yang terseret gelombang tsunami lantaran tidak sempat menyelamatkan diri pada saat kejadian.
Kondisi korban meninggal dunia pun sudah mulai mengeluarkan bau tidak sedap. Sehingga, hari ini ratusan korban meninggal akan dimakamkan secara masal di TPU Paboya Kota Palu.
Hingga kini, ada sebanyak 632 orang mengalami luka berat akibat gempa dan tsunami. Adapun total pengungsi sementara ada sebanyak 48.025 orang mengungsi.
Untuk diketahui, gempa berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang Sulawesi Tengah hingga mengakibatkan tsunami. Sejak gempa dahsyat itu, tercatat ada sebanyak 254 gempa susulan yang mengguncang Sulawesi Tengah.
Baca Juga: Diguncang Gempa, Tanah Palu dan Donggala Tak Bisa Lagi Dihuni?