Cerita Kepala BMKG Palu Tinggalkan Istri saat Gempa dan Tsunami

Jum'at, 28 September 2018 | 22:54 WIB
Cerita Kepala BMKG Palu Tinggalkan Istri saat Gempa dan Tsunami
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palu Cahyo Nugroho. (Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gempa berkekuatan 7,7 skala richter mengguncang Sulawesi Tengah hingga menyebabkan tsunami setinggi 1,5 meter di Kota Palu. Hingga Jumat (28/9/2018) malam tercatat sedikitnya ada 31 kali gempa susulan yang terus mengguncang Sulawesi Tengah.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palu Cahyo Nugroho mengatakan, gempa dahsyat itu turut dirasakan oleh sang istri yakni Siti Aminah. Saat gempa terjadi sejak pukul 14.00 WIB dengan kekuatan 5,9 skala richter, Siti Aminah sedang beraktifitas di rumahnya di Perumnas Balaroa, Palu Barat.

Sejak Kamis (27/9/2018) Cahyo terpaksa meninggalkan sang istri seorang diri lantaran mendapatkan tugas untuk menghadiri acara di Kantor Pusat BMKG, Jakarta Pusat. Melalui telepon seluler, sang istri sempat melaporkan bencana gempa bumi yang terjadi di Palu.

"Jadi sejak siang itu terakhir komunikasi istri saya bilang 'Pak gempa sudah dua kali nih', lalu saya bilang 'nggak apa-apa, jauh kok pusat gempanya'. Itu terakhir komunikasi," kata Cahyo kepada Suara.com, Jumat (28/9/2018).

Baca Juga: Update Gempa Palu, Kubah Masjid Agung Darussalam Roboh

Tanpa disangka, ternyata gempa berkekuatan semakin kuat yakni 7,7 skala richter mengguncang Sulawesi Tengah terpusat di Kabupaten Donggala pukul 17.02 WIB. Sesaat setelah gempa bumi Cahyo berusaha menghubungi sang istri, jaringan tidak tersambung lantaran seluruh jaringan komunikasi dan listrik di Sulawesi Tengah terputus.

Bahkan, Cahyo dan tim BMKG pusat pun kesulitan menghubungi stasiun BMKG Kota Palu. Setelah dua jam berselang, komunikasi sempat terhubung dan petugas BMKG di Kota Palu baru melaporkan kepada Cahyo bisa mengevakuasi sang istri dari lokasi kediamannya.

"Sudah dievakuasi habis isya, tapi sampai saat ini saya belum bisa komunikasi dengan istri saya karena dia mengalami syok berat. Saat saya telpon saya dengar suara dia menangis dan teriak histeris," ungkap Cahyo.

Menurut kesaksian petugas BMKG Kota Palu, kondisi sekitar perumahan yang ditinggali oleh Cahyo dan sang istri memang parah. Jalan masuk menuju ke perumahan tidak bisa diakses lantaran rusak parah.

"Petugas yang laporan ke saya bilang, saat gempa itu memang tanah seperti bergejolak gitu makanya istri saya syok lihat itu sampai sekarang belum bisa diajak bicara masih berusaha ditenangkan, sudah dievakuasi di kantor BMKG Kota Palu," tutur Cahyo.

Baca Juga: Gempa dan Tsunami, Dunia Berdoa untuk Donggala

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI