Suara.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai keputusan Yenny Wahid merapat ke kubu Jokowi-Ma'ruf merupakan pilihan rasional dengan perhitungan yang cermat.
"Yenny Wahid dan kekuatan politik Gusdurian berhitung cukup cermat untuk melihat kubu mana yang paling potensial menjadi pemenang," kata Umam dihubungi di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Hingga saat ini, kata Umam, belum ada satu pun lembaga survei kredibel yang bisa menunjukkan adanya peningkatan progresif dan signifikan dari elektabilitas Prabowo-Sandi untuk mengimbangi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
"Tim Prabowo-Sandi belum menunjukkan adanya yang argumentasi solid dan memadai untuk mendelegitimasi kredibilitas pemerintahan Jokowi saat ini sehingga bisa memobilisasi suara rakyat untuk melakukan koreksi," kata peneliti di Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu seperti dilansir Antara.
Baca Juga: Barca dan Madrid Tumbang, Berikut Hasil dan Klasemen Liga Spanyol
Selain itu, dari segi logistik, soliditas kekuatan koalisi --setidaknya dari segi jumlah--, dan narasi isu yang dibangun, Jokowi-Ma'ruf masih diunggulkan, tambah Umam.
Dosen Ilmu Politik & International Studies, Universitas Paramadina itu juga melihat dinamika di internal Nahdlatul Ulama (NU) terkait dengan diusungnya KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres juga menjadi pertimbangan pilihan politik Yenny Wahid dan Gusdurian.
Ma'ruf Amin sebelum mengundurkan diri karena menjadi cawapres adalah Rais Aam PBNU atau pimpinan tertinggi dengan kekuatan legitimasi moral yang kuat dalam struktur NU. Bagi kalangan santri, memenangkan Kiai Ma'ruf di Pilpres 2019 adalah kewajiban tak terelakkan.
"Jika tidak berada di kubu Jokowi, Yenny Wahid dan kekuatan Gusdurian akan berhadapan secara diametral dengan kekuatan politik Nahdliyyin, dan itu sangat tidak produktif untuk masa depan politik Yenny Wahid," katanya.
Doktor ilmu politik lulusan School of Political Science and International Studies, The University of Queensland, Australia itu menilai dukungan kekuatan politik Gusdurian jelas semakin memperkokoh soliditas dukungan politik terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Baca Juga: Dulu 'Depak' Rio, Kini Ocon Terkatung-katung, Rosberg: Mengerikan
Sebelumnya kubu Prabowo-Sandiaga juga berusaha mendapatkan restu dan dukungan politik dari keluarga Gus Dur. Secara terpisah Prabowo dan Sandiaga "sowan" ke istri mendiang Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid.
"Restu politik keluarga Gus Dur sangat diperebutkan karena bobot politik dan potensi massa yang dihasilkan juga cukup menjanjikan untuk proses pemenangan capres-cawapres mendatang," kata Umam.