Alami Kekerasan, 2 ABK Terlantar di Senegal Pulang ke Tanah Air

Rabu, 26 September 2018 | 10:37 WIB
Alami Kekerasan, 2 ABK Terlantar di Senegal Pulang ke Tanah Air
Tiket kepulangan 2 ABK terlantar di Dakar, Senegal. (Foto: Dok. Aryanti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua Anak Buah Kapal (ABK) yang terlantar di Dakar, Senegal akhirnya dipulangkan ke tanah air, Selasa (26/9/2018) sekitar pukul 08.00 waktu Senegal. Dua ABK tersebut adalah Yan Cahaya dan Toni Gunawan.

Diketahui, ABK atas nama Toni Gunawan mengalami gangguan kejiwaaan akibat terlantar dan mengalami kekerasan seksual. Terkini, ada 10 orang ABK yang masih berada di Dakar, Senegal.

Aryanti, seorang pemerhati ABK yang memiliki restoran di Spanyol mengatakan, kondisi para ABK yang masih berada di Dakar dalam kondisi berangsur membaik.

"Insyaallah kondisi mereka baik, saya sedang berada di Las Pamas. Sedangkan mereka berada di Dakar. Tapi saya selalu memantau perkembangan mereka," kata Aryanti kepada Suara.com, Rabu (26/9/2018).

Baca Juga: Mimpi Miliarder Asal Jepang Plesiran ke Bulan Segera Terwujud

Aryanti mendesak kepada agen yang memberangkat para ABK tersebut untuk memulangkan ke tanah air. Ia juga meminta pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut.

"Khususnya di tanah air untuk bisa menghentikan aktivitas agen yang bermasalah untuk menghentikan pengiriman ABK ke luar negeri," tegas Aryanti.

Untuk diketahui, 12 ABK berasal dari perusahaan yang berbeda terlantar di Dakar, Senegal. 10 ABK berasal dari PT Bahtera Agung Samudera (BAS), PT. Trijaya Citra Marine, dan PT. Duta. Beberapa waktu lalu, 12 ABK tersebut terlantar di lapangan basket sebuah asrama di Dakar, Senegal.

Sebelumnya, Yan Cahaya, salah seorang ABK yang bekerja untuk PT. BAS menuturkan, pada tanggal 9 Juli 2018 ia dan rekan-rekannya berangkat ke Dakar, Senegal untuk bekerja. Namun mereka tidak diberitahu secara rinci mengenai pekerjaan tersebut.

"Berangkat ke Dakar itu dua kali penerbangan. Pertama tanggal 9 yang kedua tanggal 11. Kami diberitahu untuk kerja di Dakar,” kata Cahaya kepada Suara.com, Senin (24/9/2018).

Baca Juga: Berhari-hari Tak Hujan, 11 Kabupaten di NTT Kekeringan Ekstrem

Dirinya mengatakan, selama bekerja sebagai ABK, ia dan rekan-rekannya mengalami kekerasan dari bos mereka.

"Kami di sini bekerja seperti binatang. Kami bekerja setiap kali kapal sedang bersandar. Kami kerja di gudang," kata dia.

Cahaya mengatakan, salah satu temannya yang bernama Toni Gunawan mengalami stres. Sedangkan satu ABK bernama Damar Perdiansyah mengalami rabun mata lantaran tercolok seling kapal.

"Toni depresi karena batin. Karena di kapal pekerjaannya tidak sesuai sebagaimana mestinya. Kalau Damar matanya luka karena disuruh narik seling kapal," kataya lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI