Didien menilai, prestasi ini merupakan salah satu jawaban dari program Nawa Cita Jokowi. Program ini dimulai sejak 2014.
Kerja keras dengan seruan, “ayo kerja” dari presiden ikut mengajak seluruh kementerian, lembaga negara, dan pemda untuk meningkatkan kinerja di lingkungan birokrasi masing-masing.
Capaian ini, lanjutnya, merupakan upaya branding yang mengena di benak wisman. Tidak sekadar menjual, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang.
Selain itu, deregulasi yang dilakukan Kemenpar untuk memudahkan wisatawan masuk ke Indonesia menjadi salah satu faktornya.
Baca Juga: Hebat, Kemenpar Dinobatkan sebagai The Best Ministry of Tourism
“Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus bahu membantu bersama pemerintah untuk mendapatkan 20 juta wisman, dengan catatan tidak ada chaos, permainan politik yang tidak benar, dan menggagu keamanan dan kenyamanan negara pada pemilu 2019. Kita harus tanggang jawab untuk itu dan melakukan kontrol terhadap Kemenpar bila ada kelemahan di sana. Kita harus saling melengkapi karena kita Pentahelix,” ujar Didien.
Buat menpara, target dan dukungan nyata presiden menurutnya, membuat pariwisata semakin maju.
“Itu menunjukkan komitmen yang tinggi dari Presiden Jokowi terhadap dunia pariwisata. Tugas seorang CEO adalah menentukan arah dan mengalokasikan sumber daya, baik manusia (orang terhebat), maupun budgeting (anggaran). Itulah mengapa, di pariwisita ditempatkan orang-orang terhebat dan disuport dengan anggaran, yang meskipun masih terbatas, tapi sedikit naik," ujarnya.