Perludem: Hoax Membuat Pemilu Tidak Legitimate

Sabtu, 22 September 2018 | 15:02 WIB
Perludem: Hoax Membuat Pemilu Tidak Legitimate
Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menekankan pada kedua pasangan calon di Pilpres 2019 untuk menyebarkan informasi yang jujur selama proses kampanye. Ini untuk menangkal berita hoax yang kian marak.

Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengatakan bahwa berita bohong atau hoax akan merusak kedaulatan rakyat dalam proses pesta demokrasi di tahun 2019.

Titi juga mengimbau kepada para pasangan calon untuk berkompetisi secara kompetitif dan jujur. Hal tersebut sangat dibutuhkan guna menangkal keberadaan buzzer yang merebak di media sosial.

"Mereka punya pengaruh yang besar kepada para pengguna medsos. Mestinya hal-hal yang mereka sampaikan di media sosial adalah hal-hal yang positif karena mereka memiliki banyak pengikut," kata Titi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018).

Baca Juga: Jokowi Reuni dengan Alumni UGM, Kisah Utang di Kantin Kampus

Dengan keberadaan pengikut yang banyak, Titi mengatakan, para pasangan calon harus membawa narasi yang positif, bukan malah menyebarkan informasi bohong atau ujaran kebencian.

"Berita bohong atau kampanye fitnah sangat menganggu esensi kita dalam menjalani kedaulatan rakyat. Kedaulatan itu diwujudkan kalau mereka bisa bebas memilih," jelasnya.

Lebih jauh, Titi berpendapat jika berita hoax akan merusak asas kejujuran dan keadilan ketika proses pemilihan capres dan cawapres.

Hal tersebut juga dapat melumpuhkan kemampuan masyarakat dalam menentukan pilihannya.

"Betapa bahayanya hoax itu membuat Pemilu kita tidak legitimate. Padahal, yang penting dalam pemilu itu legitimasi. Kalau pemilihnya membuat keputusan didasari informasi yang tidak bebas dan tidak jujur, itu tidak legitimate," tutur Titi.

Baca Juga: Balas Kekalahan di Asian Games, Anthony ke Final Cina Open 2018

Di sisi lain, Titi mencermati ada perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya di tahun 2014.

Dirinya menjelaskan jika persebaran hoax, ujaran kebencian, dan fitnah berkembang masif saat tahapan Pemilu 2014 belum dimulai.

"Mereka bergeser secara data, tetapi hoax-nya masih ada, disertai ujaran kebencian. Ujaran kebencian itu efektif kalau ketemu hoax, dampaknya double," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI