Menpar akan Upayakan Kain Ulos Didaftarkan ke UNESCO

Jum'at, 21 September 2018 | 09:00 WIB
Menpar akan Upayakan Kain Ulos Didaftarkan ke UNESCO
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, hadir dalam peresmian pameran Ulos, Rabu (19/9/2018), di Museum Tekstil Jakarta. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sektor Pariwisata diyakini bisa membantu melestarikan budaya kain Ulos. Selain itu, pariwisata juga bisa membantu meningkatkan perekonomian para penenun.

Hal inilah yang membuat Devi Pandjaitan boru Simatupang dan puterinya, Kerri Na Basaria, menggagas pameran Ulos, Hangoluan & Tondi. Pameran diselenggarakan Tobatenun di bawah Yayasan DEL, dan berlangsung di Museum Tekstil, Jakarta, 20 September - 7 Oktober 2018.

Pameran berawal dari keprihatinan istri dan anak bungsu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyatakan, penenun Ulos mengalami krisis regenerasi.

Hal ini kemudian melahirkan gagasan, melalui pariwisata budaya Ulos diharapkan bangkit kembali.

Baca Juga: Pembukaan Pameran Ulos, Menpar Kagumi Budaya Masyarakat Batak

"Anak Saya, Kerri, lahir di Amerika. Sekolahnya juga banyak di luar negeri, tapi saya selalu mengingatkan dia agar jangan pernah lupa dengan jati diri. Begitu destinasi Danau Toba mulai berkembang, dia akhirnya terpanggil pulang. Kerri ingin mengembangkan Ulos sesuai keinginannya," ujar Menko Luhut, Rabu (19/9/2018).

Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Ulos, Hangoluan & Tondi, di Museum Tekstil, Jakarta, 20 September - 7 Oktober 2018. (Dok: Kemenpar)
Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Ulos, Hangoluan & Tondi, di Museum Tekstil, Jakarta, 20 September - 7 Oktober 2018. (Dok: Kemenpar)

Luhut mengaku bangga dengan puterinya, karena Kerri sanggup mengemas pameran Ulos secara milenial. Sasarannya memang anak-anak muda.

"Sebelumnya, Ulos mendekati kepunahan, karena minimnya jumlah penenun aktif. Orang Batak banyak yang menganggap, menenun  identik dengan kemiskinan. Banyak orang tua tak mengizinkan anak-anaknya menjadi penenun. Sekarang sudah lain cerita sejak Danau Toba berkembang pesat," tutur Luhut.

Ia mengungkapkan, kain khas Sumatera Utara ini sudah mendunia. Ulos digunakan oleh para petinggi dari berbagai negara pada pertemuan tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Washington, Amerika Serikat.

"Kebanggaan tak terhingga saat melihat Ulos Harungguan menyentuh, bahkan melingkari leher para petinggi asing di acara pertemuan bergengsi," katanya.

Baca Juga: Koleksi Ulos Tua Langka Akan Dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta

Pada kesempatan yang sama, Devi Pandjaitan mengaku rela, puluhan koleksi berharganya dipamerkan demi tujuan baik. Apalagi pameran ini sifatnya kegiatan sosial, yang bertujuan untuk melestarikan dan meregenerasi penenun Ulos.

"Yayasan DEL memang aktif berpartisipasi dalam pameran kain tradisional. Tujuannya sebagai upaya pelestarian kekayaan warisan budaya. Kali ini, kami menaruh perhatian pada kain Ulos, budaya Batak," ungkap Devi.

Ia sendiri memiliki ratusan koleksi Ulos. Hampir semuanya berusia tua.

Setelah diskusi panjang, akhirnya hanya yang berusia 50 tahun ke atas yang dipamerkan.

"Penenun Ulos berpengalaman belum tentu mampu menenun motif yang sama dari Ulos langka itu. Maka kami rasa, revitalisasi tradisi. Pengetahuan menenun seperti itulah yang ingin kami kembalikan, sehingga tipe-tipe Ulos yang dihasilkan di kemudian hari bisa luar biasa, tidak melulu seperti sekarang," tuturnya.

Pameran Ulos resmi dibuka Rabu (19/9/2018), di Museum Tekstil Jakarta. (Dok: Kemenpar)
Pameran Ulos resmi dibuka Rabu (19/9/2018), di Museum Tekstil Jakarta. (Dok: Kemenpar)

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan, tenun Ulos mesti diinkubasi, agar bisa menjadi industri kreatif. Menurutnya, Ulos tidak mudah lekang dengan panas dan tidak lapuk dari hujan.

"Ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna, tapi juga prestise dari modernisasi dan proses akulturasi," ujarnya.

Ulos juga bisa membantu Danau Toba untuk menjadi destinasi utama kelas dunia dan UNESCO global Geopark. Ada tiga penilaian, di antaranya biodiversity, geodiversity, dan culture diversity, yang salah satunya Ulos, yang memiliki sejarah sangat panjang.

"Poinnya untuk membantu Danau Toba jadi UNESCO global geopark. Oleh karena itu, kita harus melestarikan Ulos. Saya sarankan Ulos didaftarkan pada UNESCO, saya akan bantu mendapatkan itu," sebut Arief.

Menteri asal Banyuwangi ini menambahkan, kalau serius, Indonesia bisa mendapatkan UNESCO heritage ulos. Pemerintah akan semakin mudah menjual Danau Toba sebagai destinasi utama dunia.

"Pembangunan pariwisata berkelanjutan harus ada nilai ekonominya. Kalau tidak, maka tidak akan berkelanjutan. Nanti ujungnya, budaya semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan masyarakat. Begitu juga dengan Ulos," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI