Heboh, Muncul Petisi Siswa Indonesia Tuntut Fee Asian Games

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 20 September 2018 | 12:11 WIB
Heboh, Muncul Petisi Siswa Indonesia Tuntut Fee Asian Games
Penari membawakan tari Saman saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8). INASGOC/Rosa Panggabean.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perhelatan akbar pesta olahraga di Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan telah berakhir. Panitia Asian Games 2018 (INASGOC) menyuguhkan pesta pembukaan dan penutupan atau opening dan closing ceremony dengan meriah.

Di balik suguhan itu, panitia melibatkan ribuan penari yang direkrut dari kalangan pelajar. Ribuan pelajar yang direkrut dari berbagai sekolah di Jakarta itu menyajikan tarian Ratoh Jaroe yang menampilkan kecepatan berganti kostum dalam waktu singkat hingga memukau para penonton.

Belakangan, setelah Asian Games 2018 berlalu hampir satu bulan, tiba-tiba tersiar isu soal honor para pelajar yang belum dibayarkan.

Dari penelusuran Suara.com, heboh honor penari Asian Games yang belum dibayar bermula dari sebuah curahan hati salah seorang siswi SMA di kawasan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang ikut menjadi bagian dari ribuan penari pada pembukaan Asian Games 2018.

Baca Juga: Mendagri Berhentikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang

Menurut siswi berinsial S itu, ia belum menerima sama sekali honor dari sekolah usai ambil bagian di upacara pembukaan Asian Games. Tidak hanya dirinya, setidaknya ada 82 orang temannya yang juga belum dibayar.

Muncul Petisi Tuntut Fee Asian Games

Kehebohan belum berakhir, demi menuntut haknya, Forum MPK OSIS 2017-2018 menggalang sebuah petisi. Dalam petisi itu, menuntut hak siswa Indonesia terhadap fee Asian Games.

Petisi tersebut muncul di situs www.change.org. Hingga Kamis (20/9/2018) siang, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 3.126 orang atau butuh sekitar 1.900 tanda tangan untuk mencapai 5.000 tanda tangan.

"Sebagai siswa yang telah menjalankan kewajiban dalam bernegara sudah menjadi kerinduan kami untuk memberikan yang terbaik. namun, sekarang dimana hak yang seharusnya kami terima setelah pengabdian kami kepada negara?," tulis pesan dalam petisi tersebut.

Baca Juga: Rini Soemarno Tunjuk Doso Agung Jadi Direktur Utama Pelindo III

"Mereka sudah bersusah payah berlatih demi penampilan di Asian Games. Mereka harus diapresiasi dengan layak," tulis Rian Fitra Nurdiansyah, salah satu pendukung petisi.

"KPK main-main gih ke sekolah SMA," sambung Otong Rohman, pendukung petisi lainnya.

Tanggapan INASGOC

Sementara itu, INASGOC selaku panitia pelaksana Asian Games 2018 menyatakan telah melunasi pembayaran uang operasional para penari dalam pembukaan Asian Games pada 18 Agustus 2018 lalu.

INASGOC menyebut, uang operasional yang diberikan per penari setiap kali latihan adalah Rp 200 ribu. Uang operasional itu digunakan untuk mendukung persiapan dan latihan para penari baik yang dilakukan di sekolah, stadion maupun tempat lain.

"Panitia sangat berterima kasih kepada para penari, guru dan orang tua mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia," kata Sekjen INASGOC Eris Herriyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Rabu (19/9/2018).

Tercatat ada 4.000-an penari yang terlibat dari acara pembukaan Asian Games 2018 yang mempertunjukkan kolosal dengan konsep menonjolkan kekayaan budaya Indonesia.

Khusus untuk Tari Ratoh Jaroe asal Aceh, melibatkan 1.600 siswa SMA di Jakarta. Tarian ini sempat menjadi perbincangan warganet di dunia, terutama Asia.

Para murid SMA ini diharuskan terus berlatih di sekolah dan paling tidak telah melakukan 15 kali gladi di luar sekolah.

Pihak INASGOC menjelaskan, mekanisme pembayaran uang operasional melalui transfer bank ke rekening sekolah masing-masing penari. Diketahui sebanyak 2.113 penari berasal dari 18 SMA di Jakarta.

Proses pembayaran uang operasional telah dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama di bulan April, lalu Juni dan terakhir pada 17 September lalu.

"Kerja keras dan penampilan para penari tidak bisa dinilai dengan apapun, tetapi apa yang telah dilakukan akan selalu abadi di hati dan benak seluruh rakyat Indonesia juga dunia," ujar Eris.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI