"Kegiatan ini merupakan salah satu upaya penyebaran pesona budaya Batak, khususnya dalam dunia tenun kain Ulos kepada dunia," ujarnya.
Pameran Ulos Hangoluan dan Tondi mengusung konsep Stages of Life, atau, Tahapan dalam kehidupan: Birth, Life, Marriage, Death, Paradise. Total Ulos yang dipamerkan ada 50 helai.
Sebanyak 25 - 30 dari jumlah itu adalah koleksi langka. Bahkan orang Batak sendiri belum tentu kenal dengan motifnya.
Dari pintu utama Museum Tekstil, pengunjung akan dimanjakan dengan instalasi pengenalan. Judulnya Introduction.
Baca Juga: Menpar Gembira, Sammy Simorangkir Ngajak Liburan ke Danau Toba
Instalasi ini memperkenalkan kehidupan sehari-hari masyarakat Samosir. Berikutnya adalah ruangan Birth. Terinspirasi dari aeal sebuah kehidupan, ruangan Birth memberikan esensi dari sebuah kehidupan baru.
"Salah satu kain yang unik dan sarat makna yang dipajang di ruangan ini dinamakan Ulos Lobu-Lobu. Ulos in diberikan kepada perempuan yang ingin hamil atau yang baru melahirkan," terang Kerri Na Basaria.
Setelah itu, ada ruangan Life. Ruangan ini menggambarkan kondisi alam, penduduk, serta dinamika kehidupan setiap manusia.
Kain Ulos yang dipamerkan di ruangan ini biasa digunakan dari masa kanak-kanak hingga usia senja. Tahapan kehidupan berikutnya akan disuguhkan dalam ruangan Marriage.
Ruangan ini menggunakan warna yang berbeda dengan masyarakat moderen pada umumnya.
Baca Juga: Koleksi Ulos Tua Langka Akan Dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta
"Masyarakat Batak memiliki nilai tersendiri tentang kecantikan pesta pernikahan. Kain Ulos memiliki nilai cantik yang sarat akan makna dan sakral dibandingkan pesta masyarakat pada umumnya," papar Kerri.