Lelucon Prabowo: Belum Pemilu, Soeharto Sudah Tahu Hasilnya

Minggu, 16 September 2018 | 20:23 WIB
Lelucon Prabowo: Belum Pemilu, Soeharto Sudah Tahu Hasilnya
Prabowo Subianto. (Suara.com/Agung Shandy Lesmana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prabowo Subianto,  bakal calon presiden, menuturkan kisahnya saat masih berkiprah di TNI, persisya saat menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ketika rezim Orde Baru berkuasa.

Ia mengatakan, terdapat banyak lelucon mengenai mantan ayah mertuanya yang kekinian telah almarhum, yakni Soeharto, yang kerap terlontar kala menjadi serdadu pada era Orba.

Prabowo lantas mengungkapkan dua lelucon yang mengundang tawa dirinya saat menjadi serdadu, mengenai Soeharto.

Hal itu ia ungkapkan saat berpidato dalam acara Workshop Pembekalan Caleg PAN di Grand Paragon Hotel, Jakarta Barat, Minggu (16/9/2018).

Baca Juga: Masjid Aliran Sesat dan Ajaran Tak Lazimnya Gegerkan Warga Jambi

"Jadi ada jokes, boleh ya? Ada lelucon zaman Orba. Ada anak muda umur 18 tahun datang ke bapaknya dan bilang ingin jadi bupati. Dia lantas mengatakan ke bapaknya mau masuk ke Universitas Gadjah Mada untuk belajar politik,” kata Prabowo mengawali cerita lelucon tersebut.

Namun, kata Prabowo, sang ayah melarang anaknya belajar Ilmu Politik di UGM dan justru menyuruh yang bersangkutan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik  Indonesia (Akabri—kini Akademi Militer).

Sebab, pada era kekuasaan Soeharto, kaum militer mendominasi kehidupan sosial politik. Banyak pejabat pemerintah di pusat maupun  daerah yang berasal dari kalangan ABRI (kini TNI).

Selain lelucon itu, Prabowo juga menceritakan guyonan Soeharto saat bertemu presiden Amerika Serikat dan pemimpin Uni Soviet.

“Jadi, lelucon selanjutnya, Pak Harto bertemu presiden AS dan Uni Soviet dalam sebuah KTT (konferensi tingkat tinggi). Mereka menceritakan proses penghitungan suara pemilu di negaranya masing-masing,” tuturnya.

Baca Juga: Inter Milan Dipermalukan Parma di Kandang, Spalletti Kecewa Berat

Presiden AS maupun Uni Soviet sama-sama sesumbar proses penghitungan suara pemilu di negerinya masing-masing yang paling  demokratis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI