Mantan Suami Tamara Bleszynski Diperiksa KPK soal Pembelian Rumah

Jum'at, 14 September 2018 | 16:19 WIB
Mantan Suami Tamara Bleszynski Diperiksa KPK soal Pembelian Rumah
Mantan Suami Tamara Bleszynski, Teuku Rafly Pasya memenuhi panggilan pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat (14/9).[Suara.com/Muhaimin A untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa mantan suami artis Tamara Bleszynski, Teuku Rafly Pasya soal kronologis pembelian rumah di kawasan Kemang Galaxy.

"Diklarifikasi penyidik terkait kronologis pembelian rumah di Kemang Galaxy, yang bersangkutan menyampaikan membeli dari pengembang," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Jumat (14/9/2018).

KPK pada Jumat memeriksa Teuku Rafly sebagai saksi untuk tersangka PT Tuah Sejati (TS) dalam penyidikan kasus korupsi pelaksanaan proyek pembangunan Dermaga Sabang dibiayai APBN Tahun Anggaran 2006 hingga 2010.

"Kami menduga, aset tersebut sebelumnya telah dibeli oleh PT TS yang terjadi dalam kasus ini," ucap Febri.

Baca Juga: KPK Periksa Mantan Suami Tamara Bleszynski soal Korupsi Proyek

Sampai berita ini diturunkan, pemeriksaan terhadap Teuku Rafly masih berlangsung.

PT Nindya Karya dan PT Tuah Sejati melalui Heru Sulaksono yang merupakan Kepala PT Nindya Karya cabang Sumatera Utara dan Naggroe Aceh Darussalam merangkap kuasa Nindya Sejati Joint Operation diduga telah melakukan korupsi dari proyek senilai total Rp793 miliar yang dibiayai APBN tahun anggaran 2006-2010.

Diduga terjadi kerugian keuangan negara sekitar Rp 313 miliar dalam pelaksanaan proyek pembangunan dermaga bongkar pada kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang, sedangkan kedua korporasi ini diduga mendapat keuntungan sejumlah Rp94,58 miliar yang berisiko tidak dapat dikembalikan ke negara jika korporasi tidak diproses.

Dugaan penyimpangan secara umum adalah dengan cara (1) penunjukkan langsung, (2) Nindya Sejati Joint Operation sejak awal diarahkan sebagai pemenang pelaksana pembangunan, (3) rekayasa dalam penyusunan HPS dan penggelembungan harga (mark up), (4) pekerjaan utama disubkontrakkan kepada PT Budi Perkara Alam (BPA) dan adanya kesalahan prosedur seperti izin amdal belum ada tapi tetap dilakukan pembangunan.

Laba yang diterima PT Nindya Karya dan PT Tuah Sejati dari proyek tahun jamak ini adalah sebesar Rp 94,58 miliar yaitu PT Nindya Karya sekitar Rp44,68 miliar dan PT Tuah Sejati sekitar Rp 49,9 miliar.

Baca Juga: Warganet Terpesona, Ternyata Tamara Bleszynski Bisa Bahasa Jawa

KPK juga telah melakukan pemblokiran rekening terhadap PT Nindya Karya yang diduga menerima uang tersebut sedangkan untuk PT Tuah Sejati sudah disita aset berupa SPBN dan SPBN (untuk nelayan) senilai Rp 12 miliar.

Terhadap PT Nindya Karya dan PT Tuah Sejati disangkakan pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI