Suara.com - Nursaka, anak Indonesia berusia 8 tahun yang rela setiap hari melintasi dua negara demi tetap bersekolah di Tanah Air akhirnya mendapatkan impiannya memunyai sepeda setelah diberikan Presiden Jokowi.
Bocah yang biasa disapa Saka tersebut sebelumnya berharap bisa bertemu Jokowi untuk meminta sepeda, guna dipakainya melintasi perbatasan Malaysia – RI saat bersekolah. Orangtuanya tak bisa membelikan sepeda karena hanya berpenghasilan terbatas sebagai buruh serabutan di Malaysia.
“Alhamdulillah, terimakasih Pak @jokowi atas hadiah sepeda untuk Nursaka (8), atau yang biasa dipanggil Saka. Setiap harinya sekolah dan melintasi batas Malaysia-Indonesia via PLBN Entikong. Semangat ya dik Saka, mari bersama bangun bangsa kita,” tulis akun Kementerian Hukum dan HAM RI di Twitter, Kamis (13/9/2018).
Selain itu, akun Kemenkumham RI juga mengunggah video yang menampakkan sepeda pemberian Jokowi.
Baca Juga: Keluar Gedung KPK, Mahfud MD: Hanya Diskusi Soal Korupsi
Video itu juga merekam Nursaka dan dewan guru sekolahnya ketika menerima hadiah sepeda dari Jokowi tersebut.
“Terima kasih Pak Jokowi,” kata Nursaka sembari memegang sepeda tersebut.
Nursaka adalah bocah kelahiran Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, 8 tahun silam. Kekinian, ia mengikuti orangtuanya yang bekerja di Malaysia. Di negeri jiran tersebut, Nursaka tinggal di Tebedu, pintu masuk ke Malaysia di negara bagian Sarawak.
Namun, Nursaka tetap bersekolah di Indonesia, persisnya di SDN 3 Sontas, Entikong, Sanggau, Kalbar. Alhasil, setiap hari dia harus melintasi perbatasan Malaysia – RI untuk bersekolah.
“Nama saya Nursaka, tinggal di Tebedu Malaysia, sekolah di Sontas, Entikong. Kalau berangkat sekolah lewat PLBN (Pos Lintas Batas Negara),” kata Nursaka dalam video buatan Direktorat Jenderal Keimigrasian Indonesia yang viral, Selasa (11/9/2018).
Baca Juga: Penangkapan Ozzy Albar Tak Ada Kaitannya dengan Fachri Albar
Ia menuturkan, kekinian duduk di bangku kelas III SD. Jadi, anak tertua dari tiga bersaudara tersebut sudah tiga tahun terakhir bersekolah di Indonesia.
Setiap hari, Nursaka harus melewati PLBN Malaysia – RI sebelum pukul 06.00 WIB. Dari rumahnya, ia menggunakan ojek untuk sampai ke pintu perbatasan Tebedu Malaysia.
Selanjutnya, Nursaka harus berjalan kaki dari pintu perbatasan Tebedu Malaysia ke PLBN Entikong wilayah Indonesia.
“Saya kalau berangkat ke sekolah memakai ojek. Pulangnya pakai mobil, menumpang warga yang mau ke Malaysia,” tuturnya.
Ia mengakui, sudah sering mendapat tawaran untuk berpindah ke sekolah Malaysia. Namun, Nursaka berkukuh ingin tetap bersekolah di wilayah Indonesia.
“Saya anak Indonesia. Saya bangga menjadi anak Indonesia. Karena itulah, saya tetap bersekolah di SDN 3 Sontas,” tegasnya.
Nursaka mengakui bercita-cita menjadi dokter. Tapi untuk kekinian, ia hanya bercita-cita memiliki sepeda sendiri untuk dipakai ke sekolah.
Namun, Nursaka menuturkan orang tuanya yang berpenghasilan rendah sebagai buruh serabutan di Malaysia belum bisa memenuhi keinginannya itu.
Karenanya, Nursaka berharap Presiden RI Jokowi mau datang atau mengirimkan sepeda untuknya. Sebab, ia tahu, sang presiden sering membagi-bagikan sepeda dalam kuis dadakan saat berpidato.
"Kalau bisa, saya ingin sekali bertemu Pak Presiden, mau minta sepeda ke Pak Jokowi.”