“Beliau pernah berdakwah dan mengayomi preman-preman, PSK Sarkem, kafe-kafe di Yogakarta. Tak hanya itu, mereka juga sering diundang ke pondok pesantren,” tuturnya.
Menurut Aris, Gus Miftah tidak mencari popularitas dengan berdakwah di tempat-tempat seperti itu. Ia mengatakan, cara dakwah seperti itu adalah warisan para wali era dulu.
“Ibaratnya menyapu itu kan di tempat kotor. Lampu juga dinyalakan di tempat gelap. Kasih tongkat kepada yang buta. Kasih baju kepada orang yang tak memakai baju. Abah melakukan itu sudah puluhan tahun. Di lokalisasi Sarkem juga puluhan tahun,’’ ungkap Aris.
Mengenai berkhotbah dan berselawat di kelab malam, Aris juga menyatakan Gus Miftah memunyai filosofinya sendiri.
Baca Juga: Indonesia Menang, Kurniawan: Pemain Ikuti Instruksi Pelatih
“Intinya begini, orang-orang yang bekerja di tempat biasa belum tentu mau mendengarkan ceramah apalagi berselawat. Tapi orang-orang yang pekerjaannya dianggap tak lazim bisa berselawat, bagaimana penilaiannya? Ini memotivasi,” tuntasnya.
Kontributor : Abdus Somad