Nomadic Tourism Jadi Formula Pariwisata Indonesia di Masa Depan

Senin, 10 September 2018 | 09:00 WIB
Nomadic Tourism Jadi Formula Pariwisata Indonesia di Masa Depan
"The 4th ASEAN Marketing Summit 2018", di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (6/9/2018). (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konsep Nomadic Tourism terus dikenalkan Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Menurutnya, Nomadic Tourism adalah  solusi sementara sebagai solusi selamanya.

Hal tersebut dikatakannya dalam "The 4th ASEAN Marketing Summit 2018",  di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (6/9/2018). Menpar menjadi keynote speaker dalam kegiatan itu.

“Konsep pariwisata Indonesia kini sudah jauh bergeser, tumbuh, dan terus berinovasi. Membangun pariwisata Indonesia dengan konsep lama sudah tidak relevan. Nomadic Tourism inilah formulasi ideal untuk menjawab tantangan ke depan,” ungkapnya.

Menpar pun memberi gambaran posisi Nomadic Tourism dengan membandingkannya dengan konsep pre-paid milik Telkomsel.

Nomadic Tourism ini seperti Telkomsel, yang mengembangkan pre-paid. Dahulu pre-paid didesain sementara, tapi sekarang justru menjadi solusi selamanya. Pelanggan Telkom 98 pwersen pre-paid service. Hal ini yang akan terjadi dengan formulasi Nomadic Tourism di masa depan,” terang Arief, yang didampingi Waizly Darwin, penasihat Pengembangan Nomadic Tourism Kemenpar.

Nomadic Tourism pun dinilai sebagai formulasi terbaik mewujudkan target kunjungan wisman. Adapun target kunjungan wisatawan mencapai 17 juta orang pada 2018 dan selang setahun berikutnya, target membengkak menjadi 20 juta wisman.

"The 4th ASEAN Marketing Summit 2018",  di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (6/9/2018). (Dok: Kemenpar)
"The 4th ASEAN Marketing Summit 2018", di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (6/9/2018). (Dok: Kemenpar)

Nomadic Tourism juga solusi terbaik menjawab keterbatasan unsur amenitas dalam 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas).

Nomadic Tourism sangat simpel dan sederhana. Amenitas yang bisa dipindahkan. Bentuknya sangat beragam. Bisa berbentuk glamp camp, home pod, dan caravan,” tegas Menpar lagi.

Target besar diapungkan Kemenpar. Pariwisata Indonesia membidik 10 Nomadic Tourism di destinasi unggulan, dalam bentuk glamp camp, home pod, dan caravan.

Namun demikian Menpar mengingatkan, Nomadic Tourism sangat customer-centric. Positioning-nya pun jelas, para milenial sebagai pasar utamanya.

Nomadic Tourism pada prinsipnya berlaku bagi semua, tapi idealnya memang para milenial. Para anak muda ini sangat mobile. Mereka menggilai digital dan sangat interaktif. Para milenial ini juga butuh pengakuan, esteem needs, melalui media sosial. Potensi inilah yang dibidik dan dikembangkan,” kata menteri asal Banyuwangi tersebut.

Kepekaan tinggi harus dimiliki Kemenpar, sebab dunia menyediakan 39,7 juta backpacker. Mereka  didominasi generasi milenial, yang terbagi dalam 3 kelompok besar, flashpacker atau digital nomad memiliki potensi 5 juta orang.

Mereka menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja. Kelompok lainnya, glampacker atau familiar sebagai milenial nomad.

Kaum milenial nomad jumlahnya mencapai 27 juta orang. Mereka mengembara di berbagai destinasi dunia yang Instagramable.

Kelompok pengembara dunia lainnya adalah luxpacker atau luxurious nomad. Mereka berjumlah 7,7 juta orang dan mengembara untuk melupakan hiruk pikuk aktivitas dunia.

The 4th ASEAN Marketing Summit 2018 sendiri dihadiri berbagai latar belakang. Ada juga Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, hingga Founder and CEO MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya.

Hadir juga Ketua Marketing Association negara ASEAN, para business executives, pejabat pemerintahan, dan kalangan akademisi terkemuka.

Retno mengatakan, Nomadic Tourism sangat menjanjikan.

“Berbagai peluang terus ditangkap Kemenpar. Nomadic Tourism ini sangat menjanjikan. Pasarnya ada, dengan basis milenial. Potensi pasar para milenial di dunia memang harus dioptimalkan. Di situ ada benefit besar. Untuk itu, kami berharap peluang investasi melalui Nomadic Tourism ini bisa ditangkap juga oleh investor,” ujar Retno.

Keberhasilan pengembangan Nomadic Tourism bisa dilihat dari Orchid Forest di Cikole, Bandung, Jawa Barat. Orchid Forest bahkan dikembangkan sangat kompleks.

Selain Nomadic Tourism, Orchid Forest mengembangkan Digital Destination dan Sustainable Tourism.

Pujian terhadap pengembangan Nomadic Tourism juga disampaikan Hermawan.

“Inovasi yang dilakukan pariwisata Indonesia ini luar biasa. Nomadic Tourism bisa diterapkan pada berbagai destinasi. Konsepnya sederhana dan bisa dikembangkan sangat cepat. Penyampaian materi sesuai dengan tema ASEAN Marketing Summit, sebab di sini juga dibahas  optimalisasi dari pasar milenial,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI