Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan aksinya memakai pemeran pengganti atau stuntman untuk memerankan aksi "menerbangkan" sepeda motor pada pembukaan Asian Games 2018 beberapa waktu yang lalu hanya untuk menghibur dan memberikan tontonan.
"Kita ini menghibur, memberikan tontonan. Dibilang masak pakai stuntman, masak pakai peran pengganti. Loh, masak presiden disuruh loncat seperti itu. Itu namanya gila, bro," kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Badan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya, Kamis (6/9/2018).
Ia menjelaskan, terkait pertunjukan itu, dirinya memang ditawarkan oleh pihak panitia penyelenggara tiga pilihan yaitu biasa, ekstrim dan super ekstrim. Jokowi pun memilih yang ekstrim.
"Ada yang bilang presiden, kok, loncat, ini tontonan. Ini pertunjukan bukan untuk apa-apa. Tapi politisi memang banyak yang usil. Ada yang nyanyi, saya goyang dikit, ramai," ujar Jokowi dilansir Antara.
Menurut dia, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) dan kapasitas luar biasa yang jika digarap dengan serius akan menjadi kekuatan yang besar.
Dia mengatakan, sering ke luar negeri dan membandingkan SDM di sana dengan di Indonesia. Menurutnya, SDM Indonesia tidak kalah dengan negara asing.
Saat Asian Games 2018, Jokowi mendapat laporan jika target yang dicanangkan adalah 16 emas. Lalu targetnya berubah menjadi 20 emas, tiga bulan sebelum Asian Games 2018.
"Di Asian Games kemarin dilaporkan targetnya 16 emas dari sebelumnya hanya mendapat empat emas. Tiga bulan sebelumnya target diubah menjadi 20. Tapi bangsa ini kalau sudah muncul nasionalisme, ya, jadinya 31 emas," katanya.
Untuk itu dia meminta mahasiswa terus mengembangkan kemampuan dan percaya bahwa Indonesia besar dan mampu bersaing dengan negara manapun.