Suara.com - Masa kejayaan bohlam halogen di Eropa bisa dipastikan segera berakhir seiring berlakunya larangan penjualan jenis lampu LED di wilayah Uni Eropa mulai September 2018.
Para pakar berpendapat kalau langkah ini bisa membuat konsumen menghemat uang dalam jangka panjang dan menurunkan emisi karbon.
Dilansir melalui DW, Keputusan Uni Eropa melarang peredaran lampu yang boros energi 20 tahun lalu sempat menimbulkan kegemparan.
Saat itu, konsumen berpendapat bohlam baru yang hemat energi memancarkan cahaya yang dingin dan tidak alami.
Baca Juga: Tottenham Bakal Jamu Barcelona, Eindhoven dan Inter di Wembley
Pelarang ini dilaporkan sempat terjadi penimbunan lampu pijar oleh masyarakat. Sampai-sampai satu surat kabar Inggris menawarkan lima lampu gratis kepada setiap pembacanya, karena kekurangan stok lampu pijar akibat kepanikan yang disebut "The Great Lightbulb Revolt."
Dengan berlakunya larangan ini, produsen lampu seperti Osram dan Philips harus menghentikan produksi bohlam halogen.
Toko-toko masih dapat menjual lampu yang ada, namun tidak dapat memesan stok baru.
"Sekarang saya tidak berpikir kalau orang akan berlari ke toko material dan menimbun lampu halogen," ujar ahli efisiensi energi di asosiasi konsumen Jerman, Gerhild Loer, kepada Deutsche Welle.
Larangan penjualan lampu halogen kali pertama diumumkan pada tahun 2009. Sedianya larangan ini akan dimulai pada 2016 namun ditunda untuk memberi lebih banyak waktu kepada konsumen untuk beralih ke lampu LED.
Baca Juga: Pejabat Istana Teten Masduki Ikut Rapat dengan Timses Jokowi
"Sudah saatnya planet dan konsumen dilindungi," kata Irmela Colaco, pemimpin proyek untuk efisiensi energi di grup lingkungan hidup Jerman, BUND.